Sulaiman( bahasa Arab: سُليمان Sulaymān) adalah seorang tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah seorang nabi dan raja, juga dikenal sebagai pembangun Bait Suci (Baitul Maqdis) pertama. Nama Sulaiman kerap muncul dan dikaitkan dalam berbagai legenda, utamanya berkaitan dengan hal-hal ajaib dan mistik.
Akuadalah Allah, yang Tunggal, yang Esa, Raja, yang Maha hidup. انا الله يسبح لى الظلام والغي Aku adalah Allah, bayangan dan kegelapan bertasbih pada -Ku. انا الله الصانع لا يدركنى الغئ Aku adalah Allah, yang Maha Mencipta, yang kegelapan tidak dapat mencapai-Ku. انا الله الذي ليس كمثله شئ
Mendengarnama Rajah Pengasihan tentunya anda akan terpikir dengan sebuah tulisan berhuruf arab (hijaiyah) yang sulit dibaca namun mengandung makna yang dalam. Ya, rajah pengasihan. Sebuah sarana spiritual penunduk sukma, peluluh hati dan penumbuh rasa cinta yang tuahnya datang dari guratan atau coretan simbol-simbol dalam makna tertentu.
Silahkankunjungi postingan Rajah Tulisan Arab klik untuk membaca artikel selengkapnya. Lompat ke konten Beranda » Rajah Tulisan Arab Rajah Tulisan Arab. Hari yang baik untuk membuat rajah pengasihan. by admin; Ajian pelet memang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Jampi pengasihan ini menjadi unggulan lantaran bisa memikat
RompiMerah Rajah Kaligrafi Tulisan Arab Tinta Emas di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
RAJAH(wifiq) adalah benda mati yang dibuat sesorang yang mempunyai ilmu hikmah tingkat tinggi, agar didalam RAJAH itu mempunyai kekuatan gaib. RAJAH yang ditulis oleh ahli ilmu hikmah biasanya berupa tulisan arab, angka2, gambar, huruf2 tertentu atau simbol2 yang diketahui hanya oleh yang membuatnya. Di dalam RAJAH terdapat kode sandi yang sangat banyak sekali kurang lebih sekitar 10.333 kode sandi.
. Jakarta - Surat An Naml 30-31 mengisahkan Nabi Sulaiman AS yang sedang berdakwah saat menemui Ratu Balqis. Dikutip dari Tafsir Ringkas yang diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Nabi Sulaiman AS saat itu mengirim surat pada Ratu Balqis. Peringatan disampaikan dalam surat إِنَّهُۥ مِن سُلَيْمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِArab latin Innahụ min sulaimāna wa innahụ bismillāhir-raḥmānir-raḥīmArtinya Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya isinya "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."31. أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَArab latin Allā ta'lụ 'alayya wa`tụnī muslimīn Artinya "Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.""Nabi Sulaiman mengingatkan Ratu Balqis supaya jangan sombong seperti penguasa lain. Ratu Balqis juga diingatkan agar segera berserah diri pada Allah SWT dan tidak memperlihatkan perlawanan," tulis tafsir dari Kemenag surat An Naml 30-31, ada baiknya membaca lebih dulu beberapa ayat sebelumnya. Di beberapa ayat sebelumnya diceritakan sosok Ratu Balqis yang memimpin negeri Saba', pertemuan dengan Nabi Sulaiman AS, hingga menerima ajaran Allah Ratu Balqis sampai pada Nabi Sulaiman AS melalui burung hudhud. Saba' diceritakan sebagai negara kaya yang penduduk dan pemimpinnya menyembah matahari. Nabi Sulaiman AS lantas mengundang Ratu Balqis ke istananya yang lebih megah atas izin Allah Ratu Balqis yang kaya dan berkuasa diingatkan supaya tidak sombong dan berserah diri pada Allah SWT sesuai surat An Naml 30-31, maka sudah selayaknya semua muslim berlaku yang sama. Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] row/erd
Assalamualaikum ki, maaf malam-malam mengganggu. Mau tanya, makna pada foto diatas apa ya ki? Terus ditulisan isim/wafaq suka ada tulisan ااا م م م ه ه ه ل ل ل Apakah itu ada artinya? Nah seperti foto rajah ini, makna per huruf dan logo bintang itu apa ya? Bisa disebutkan arti secara rinci dari masing-masing simbol tersebut ki? Ini dengan Asep dari bandung ki. Saya menyimak terus perkembangan artikel Ki Umar via web. Saya ingin belajar tentang rajah Ki, mohon bimbingannya. Asep Jawab Salam kenal kembali Kang Asep. Semoga artikelnya dapat bermanfaat. Ini namanya Khatim Sulaiman, tersohor didunia ilmu hikmah, sebab khasiatnya multifungsi. Tentang Khatim Sulaiman sudah dijelaskan oleh Syech Al Bunni dalam kitabnya seperti yang saya fotokan ini Artinya 1. Tiga tongkat yang terjajar sesudah khatim diatas kepalanya seperti gigi yang berdiri. 2. Dan MIM yang berlubang & putus, kemudian tanggal didalamnya 2 garis yang sama. 3. Dan ada 4 garis yang mempunyai jari-jari terjajar memberi isyarat kepada kebaikan rizki yang terkumpul. 4. Dan HAK yang lengket kemudian WAWU yangg dilengkungkan seperti bambunya tukang cantuk yang mengandung misteri. 5. Akhirnya sama seperti permulaannya, yaitu khatim yang berbentuk persegi lima yg menyimpan misteri. Lima bait tersebut adalah Khatim Rajah yang besar dan disebut Khatim Sulaiman dan Asma Allah yang Maha Besar. Translate dalam bahasa Arabnya adalah seperti rajah yang saya fotokan ini Fardu Jabbar Syakur Tsabit Zabir Khobir Zakiy Tanya Kalau ini jimat jenis apa ki? Adakah ilmu atau buku/kamus khusus, yang apabila kita melihat jimat, kita bisa tahu jenis dan fungsinya? Soalnya, sekarang banyak sekali jimat-jimat yang dijual bebas dipasaran, nah agar kita tidak tertipu antara jimat asli & palsu, adakah caranya? Jawab Yang kiri atas ini wafaq kombinasi musali Al Ghazali yang sudah ditambahi perangkat antaralain kalimah sabda Qaulahu al haq..dst, nama malaikat empat, dan sekelilingnya ditulis ayat suci. Azimat seperti ini biasanya bersifat mulfungsi terutama untuk penjagaan, keselamatan, dan pagar diri ghaib. Sedangkan yang tengah ini Wafaq segitiga berjajar, berfungsi untuk memanggil / menarik kembali orang yang pergi / berpaling bisa juga untuk mahabbah. Dalam budaya mistik Jawa disebuat “Putergiling”. Tapi saya lihat itu wafaqnya keliru, sepertinya si pembuat rajah hanya jiplak dari kitab dan tidak tahu ilmu wafaq. Memang seringkali ada kesalahan cetak dalam kitab jaman sekarang. Maka seorang ahli Rajah harus tahu ilmu dasar penulisan wafaq/wifiq. Wafaq ini diambil dari kitab Al Aufaq, silahkan di cek. Sedangkan dibelakangnya itu rajah Mahabbah khusus dan rajah Penarik pembeli/pelanggan. Yang pojok kanan bawah ini Rajah Basmalah. Biasanya ditulis sebanyak 21 kali dimedia Kulit Kijang untuk kerejekian. Ditulis sebanyak 35 x untuk penjagaan rumah. Ditulis 113 x di awal bulan Muharram, untuk kelancaran segala hajat. Ditulis 625x untuk memperbesar daya kewibawaan. Yang lainnya, foto tidak jelas, tidak terbaca. Dari warna kertasnya kuning fungsinya untuk Menarik Pembeli & Mahabbah. Jawaban Kedua. Secara khusus tidak ada buku semacam itu, yang ada hanya kitab Azimat yang sudah jadi. Sebab setiap praktisi ilmu hikmah dapat membuat Wafaq berbeda-beda, tentu sesuai basic ilmu wafaq. Jika sudah mengerti dasar ilmu wafaq, maka anda dapat membuat wafaq bermacam-macam bentuk. Dan orang yang mengerti ilmu wafaq juga akan dapat membaca wafaq buatan anda tersebut. Ketiga. Betul sekali, memang sekarang banyak sekali yang memperjualbelikan azimat wafaq. Wafaq / Rajah / Azimat yang terbaik adalah yang asli tulisan tangan, ditulis atau digoreskan oleh orang yang ahli dalam ilmu ini, atau para kyai nan alim. Adapun wafaq hasil fotocopy-an sebaiknya ditinggalkan saja. Menurut saya, tidak ada khasiatnya. Adapun yang hasil Sablon, saya juga berpendapat sama. Azimat wafaq & rajah yang baik itu jika ada sentuhan Rahsa, Cipta dan Karsa dari pembuatnya. Bukan hasil cetak massal oleh alat-alat pabrik. Alasannya Untuk membuat satu azimat / wafaq saja seringkali membutuhkan waktu, ada wafaq yang ritualnya dengan puasa terlebih dahulu. Baca Qosam itu pasti, yaitu doa pemanggil & pengaktif Khodam wafaq. Jika khodam tidak hadir, maka gagal alias wafaq tidak sempurna, tidak berkhasiat, besok diulang ritual lagi dengan media yang baru juga. Dan seringkali dalam penulisan wafaq membutuhkan ubarampe sarana seperti minyak Misk, Zafaron, Air Mawar dan Bukhur. Bahkan wafaq tertentu membutuhkan media khusus seperti Kulit Kijang, Kain Sutra, Tulang Kuda, Dahan pohon Anggur, Lidi Aren dan lain sebagainya. Dan ada saat-saat tertentu dalam penulisannya misalnya Wafaq Qomar ditulis saat Qomar, Wafaq Zahrah ditulis saat Zahrah, Ada pula yang ditulis hanya di awal bulan Muharram misalnya Rajah Basmalah, atau ditulis pada Hari Ahad misalnya Rajah Ismul adhom, Ditulis saat hari Jumat pagi dan sebagainya. Kesimpulannya, untuk membuat satu jenis bentuk wafaq saja, itu tidaklah mudah & tidak cepat. Namun, jika kita lihat azimat rajah yang “dijual” dipasaran, dalam selembar kain bisa tertulis berbagai macam wafaq, rajah, dharah, asma dan ayat! Itu jika mengikuti kaidah penulisan ilmu Wafaq membuat bermacam-macam bentuk seperti itu perlu waktu berbulan-bulan bahkan tahun. Jika dengan mesin fotocopy / sablon sekali press langsung jadi. Dalam sehari bisa membuat azimat rajah berlembar-lembar. Hehehe.. ada-ada saja. 😁 Demikian jawaban saya, semoga dapat dipahami. Nuwun, Ki Umar Jogja
Rajah biasanya merupakan sekumpulan huruf-huruf atau kalimat yang terpenggal membentuk suatu gambar tertentu yang dipercayai sebagai penyembuh, kesaktian, keselamatan atau pengasihan. Bentuk dan jenis hurufnya bermacam-macam, sebagian bisa dibaca dan ada yang hanya berupa huruf saja. Ada yang terkumpul seperti bulatan, kotak, segitiga dan semacamnya. Metodenya, ada yang dicampurkan air putih untuk minum atau mandi. Ada yang disuruh dimasukkan dompet, dikalungkan, ditaruh di bawah bantal atau kasur. Nah, di antara rajah-rajah yang ada biasa menggunakan tulisan Arab, bahkan menggunakan ayat Al Qur’an. Sekilas Tentang Rajah Dari beberapa blog atau web dukun yang bergelar “Ki …” semacam Ki Umar, dst kami peroleh berbagai macam cerita tentang cara membuat rajah atau azimat. Perdukunan dan klenik saat ini memang telah mengikuti perkembangan zaman, sampai-sampai banyak blog atau web yang sudah kami telusuri. Mereka menyediakan beberapa alat klenik, seperti azimat, rajah, jimat pemikat pelet dan semacamnya. Pemasanan dilakukan via blog dan siap dikirimkan dengan biaya ongkos kirim. Info singkat tentang rajah di sini perlu kami utarakan guna menjelaskan hukum rajah lebih lanjut. RAJAH wifiq adalah benda mati yang dibuat sesorang yang mempunyai ilmu hikmah tingkat tinggi, agar didalam RAJAH itu mempunyai kekuatan gaib. RAJAH yang ditulis oleh ahli ilmu hikmah biasanya berupa tulisan arab, angka2, gambar, huruf2 tertentu atau simbol2 yang diketahui hanya oleh yang membuatnya. Di dalam RAJAH terdapat kode sandi yang sangat banyak sekali kurang lebih sekitar kode sandi. Didalam rajah yang dibuat itu biasanya, sudah mengandung kekuatan gaib dan sudah berkhodam. perguruan sinar buana surabaya Dalam menulis rajah pun mesti ada aturan. Tidak bisa asal-asalan. Di dalam menulis RAJAH itu ada aturan, tata cara, waktu dan sarana yang harus ditaati, apabila ada salah satu tata cara menulis RAJAH tidak ditaati maka fungsi RAJAH yang ditulis pun tidak sempurna dan reaksinyapun sangat lama sekali , walaupun tetap bisa digunakan ala kadarnya. Di dalam menulis RAJAH harus suci terlebih dahulu bagi yang muslim, bagi non muslim cukup wudhu sebisanya, dan menulis RAJAH itu juga ada ilmu khususnya. Untuk menulis RAJAH bisa menggunakan pensil, pena, sepidol atau yang menurut anda bisa digunakan menulis. perguruan sinar buana surabaya Dalam menulis rajah harus dengan aturan tertentu, seperti dalam keadaan suci, harus khusyu’ ketika menulis, nafas harus cepat keluar lewat lubang hidung sebelah kanan atau bisa dengan tahan nafas dan memakai wewangian ketika menulis. Sampai-sampai dianjurkan ketika membuat rajah dengan menghadap kiblat Lihat saja ritual yang aneh yang mereka persyaratkan ketika membuat rajah. Dari mana mereka dapatkan bahwa hanya menulis harus dengan bersuci, lebih-lebih lagi tahan nafas dan nafas harus keluar cepat, ditambah lagi menulis saja kok harus pakai wewangian. أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” QS. Asy Syura 21. Dari mana para dukunn tersebut mensyariatkan adanya ibadah tertentu dalam penulisan rajah?! Apakah itu wangsit dari jin atau setan atau khodam mereka? Subhanallah …. Ini baru bantahan dari satu sisi dalam hal penulisan rajah. Namun bukan di sini inti pembahasan kami. Berikut ini satu contoh lagi ajaran bid’ah yang dibuat-buat oleh para dukun yang tidak berdasarkan dalil sama sekali. Sebelum melakukan penulisan rajah diawali membaca doa ini 3 x “Bismillahir rohmanir rohim. Qul uhiya ilay’ya anahustama’a nafarun minal jinni wa bihaqqi Kaf Haa Yaa Aiin Shood wa bihaqqi Haa Miim AiinSiin Qoof” Kemudian dilanjutkan dengan melakukan meditasi sejenak menjalin energi ghaib setelah itu baru dilakukan penulisan rajah. Rajah yang telah selesai ditulis kemudian dillipat dan dibungkus dengan kain lapis 7, agar tidak mudah rusak dan kotor apabila dibawa-bawa. Saat akan melipat atau membungkus Rajah bacalah Surat Al fatihah 1x Innaa fatahnaa laka fat’ham mubiinaa 3x Artinya Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata Nasrun minallahi wa fat’hun qoribun, wa bas’syiril mu’miniin 3x Artinya Pertolongan dari Allah dan kemengan yang dekat waktunya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman Allohuma sholi ala sayidina muhammadin 3x Artinya Ya Allah, limpahkanlah rahmatmu kepada junjungan kami Muhammad Astagfirullah hal adhim 3x Artinya Aku memohan ampun kepada Allah Yang Maha Agung Laa illaaha illaallah 3x Artinya Tidak ada Tuhan selain Allah Inna taqorruban ilallohil aliyyil adhim 3x Artinya Bahwasanya ini merupakan taqorrub kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung Itulah wirid-wirid yang dibaca ketika membuat rajah. Mulai dari membaca beberapa ayat dari surat Al Jin, membaca huruf-huruf muqotho’ah, surat Al Fatihah, ayat dari surat Al Fath, bacaan shalawat, diiringi dengan meditasi. Bacaan-bacan ini jelas bacaan mulia dan dinilai sebagai suatu ibadah. Namun menempatkannya sebagai wirid-wirid ketika membuat rajah azimat dari manakah dalilnya padahal rajah-rajah ini akan digunakan untuk pelet, penglaris, dsb. Padahal dalam menentukan semacam itu harus dengan dalil. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718 Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Muslim no. 1718 Ada pula wirid yang lucu yang dibaca ketika membuat rajah, NIAT INGSUN NGAPEK BANYU TELOGO INNA A’TOINA KAL JAWAHIR FASOLLILIROBIKA WANHAR INNASAA NIAKA HUAL ANHAR IYYA KANAK BUDU WAIYYA KANAS TAIN. DISAAT BACAAN NAS TAIN TINTA DITEMPELKAN KE KERTAS DILANJUT NULIS RAJAH SAMPAI SELESAI. … Dilihat dari segi bahasa saja sudah sangat lucu dan sungguh mengada-ada bacaan yang satu ini, cuma asal memotong-motong ayat Qur’an. Na’udzu billah … Aturan lainnya dalam menulis rajah yaitu rajah azimat hanya boleh ditulis oleh pewaris yang telah memiliki ijazah. Jika tidak ditulis oleh mereka-mereka, maka azimatnya bisa jadi tidak ampuh karena belum mendapatkan izin. Penulis anggap, “Kenapa mesti dapat izin?” Perasaan kami, karena ini masalah duit saja. Karena untuk mendapatkan ijazah itu butuh duit, ada uang pendaftaran. Intinya ilmu-ilmu penglaris semacam ini ujung-ujungnya kembali pada fulus dan duit sehingga mereka tidak mau tinggalkan karena penghasilan mereka bisa musnah menyebutkan cara untuk menjadi pewaris ilmu rajah. Contoh-contoh rajah, kami tampilkan dalam gambar berikut ini. Ada beberapa pelajaran tentang rajah yang bisa kami simpulkan guna untuk bahasan selanjutnya Rajah dibuat dengan ilmu khusus ilmu yang aneh-aneh dan mengada-ada, tidak bisa sembarang orang bisa membuatnya. Pembuktian ampuhnya rajah bukanlah dengan cara ilmiah dengan eksperimen. Lihat saja pernyataan para dukun sendiri, “RAJAH yang dibuat menggunakan ILMU RAJAH biasanya bisa ditest menggunakan beberapa cara, dari menggunakan terawangan, getaran, dialog dengan khodam, atau melihat cahaya didalam tulisan dengan doa2 tertentu dll. Selama kita mengetes RAJAH yang kita buat , biasanya kita akan mengalami suatu keanehan keanehan sesuai tata cara mengetes RAJAH , ada yang melihat cahaya didalam RAJAH, ada angin yang tiba2 menerpa kita, ada jin yang mau menampakan pada kita dll sesuai RAJAH yang kita buat.” Artinya ini bukanlah sebab yang terbukti secara syar’i seperti madu dan bukan sebab yang terbukti lewat eksperimen ilmiah seperti obat. Untuk menyingkap tentang arti dan makna suatu Rajah dibutuhkan ilmu dan pengetahuan khusus, yang melibatkan hati dan rasa Spiritual. Biasanya ini hanya diketahui oleh para ahli rajah dan paranormal. Ini menunjukkan bahwa rajah tidak bisa dibaca oleh sembarang orang. Hanya para dukun saja yang bisa. Artinya walaupun yang ditulis adalah tulisan Arab, namun itu belum tentu ada makna dan bisa dibaca. Tulisan dalam rajah biasa dengan tulisan Arab dan kadang dengan potongan ayat Al Qur’an. Lalu bolehkan azimat atau jimat dari ayat Al Qur’an? Ini yang akan kita bahas selanjutnya. Dalil Larangan Tamimah Dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللَّهُ لَهُ “Barangsiapa yang menggantungkan hati pada tamimah jimat, maka Allah tidak akan menyelesaikan urusannya. Barangsiapa yang menggantungkan hati pada kerang untuk mencegah dari ain, yaitu mata hasad atau iri, pen, maka Allah tidak akan memberikan kepadanya jaminan” HR. Ahmad 4 154. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan –dilihat dari jalur lain-. Dalam riwayat lain disebutkan, مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ “Barangsiapa yang menggantungkan tamimah jimat, maka ia telah berbuat syirik” HR. Ahmad 4 156. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy atau kuat. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 492. Hadits ini menunjukkan bahwa memakai azimat dan rajah termasuk di dalamnya dan dihukumi syirik. Dahulu memang tamimah dimaksudkan untuk gelang dan lainnya yang digunakan sebagai azimat dan sengaja dipakai dengan tujuan untuk mencegah ain, yaitu penyakit mata hasad iri. Karena pandangan orang yang iri, anak kecil bisa menangis terus menerus dan itulah yang disebut ain. Orang jahiliyah dahulu bahkan di masyarakat kita masih ada yang mencegah penyakit ain ini dengan gelang atau kalung di antara yang disebut dengan benang pawitra’. Para ulama menjelaskan bahwa tamimah, lebih luas dari itu. Tamimah adalah segala sesuatu yang digantung –di rumah misalnya-, dipakai –berupa kalung atau gelang misalnya-, diikat –berupa sabuk, rompi rajah misalnya-, baik berupa tulisan Arab, dari bacaan Al Qur’an, suatu benda pusaka ataukah dari selainnya, dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat -seperti sembuh dari penyakit atau melariskan barang dagangan, membuat orang lain semakin cinta-, atau untuk mencegah bahaya, -seperti tercegah dari suatu penyakit, sebagai penangkal atau rumah akan dilindungi dari berbagai tindak kejahatan-. Dari Imron bin Hushain radhiyallahu anhu, ia berkata, أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ فَقَالَ وَيْحَكَ مَا هَذِهِ ». قَالَ مِنَ الْوَاهِنَةِ قَالَ أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْناً انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِىَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَداً Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat di lengan seorang pria gelang yang dinampakkan padanya. Pria tersebut berkata bahwa gelang itu terbuat dari kuningan. Lalu beliau berkata, “Untuk apa engkau memakainya?” Pria tadi menjawab, “Ini dipasang untuk mencegah dari wahinah penyakit yang ada di lengan atas. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, “Gelang tadi malah membuatmu semakin lemah. Buanglah! Seandainya engkau mati dalam keadaan masih mengenakan gelang tersebut, engkau tidak akan beruntung selamanya.” HR. Ahmad 4 445 dan Ibnu Majah no. 3531. Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang memakai azimat apa pun tujuannya tidak akan beruntung selamanya. Dan ini tanda bahwa memakai azimat termasuk dosa besar. Hadits berikut menceritakan bahwa dahulu tamimah itu berupa kalung dan digunakan untuk melindungi unta dari ain dan penyakit lainnya, artinya digunakan sebagai azimat. Sehingga ain itu bukan hanya penyakit hasad pada manusia saja, juga terdapat pada hewan. عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ أَنَّ أَبَا بَشِيرٍ الأَنْصَارِىَّ – رضى الله عنه – أَخْبَرَهُ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى بَعْضِ أَسْفَارِهِ – قَالَ عَبْدُ اللَّهِ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ – وَالنَّاسُ فِى مَبِيتِهِمْ ، فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – رَسُولاً أَنْ لاَ يَبْقَيَنَّ فِى رَقَبَةِ بَعِيرٍ قِلاَدَةٌ مِنْ وَتَرٍ أَوْ قِلاَدَةٌ إِلاَّ قُطِعَتْ Dari Abbad bin Tamim, bahwasanya Abu Basyir Al Anshori radhiyallahu anhu mengabarkan padanya bahwa ia suatu saat pernah bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sebagian safarnya. Abdullah berkata bahwa ia menyangka orang-orang saat itu sedang tidur. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas mengutus seseorang agar tidak membiarkan kalung dari tali busur atau kalung pada leher unta melainkan dipotong HR. Bukhari no. 3005 dan Muslim no. 2115. Ada pelajaran penting dalam hadits di atas. Inilah pengingkaran Rasul shallallahu alaihi wa sallam terhadap kesyirikan, sampai memotong jimat-jimat yang ada. Dan pengingkaran kesyirikan lebih mesti diprioritaskan daripada pengingkaran pada maksiat lainnya, walaupun itu juga dosa atau termasuk dosa besar. Karena orang yang mengingkari berbagai tradisi kesyirikan, berbagai bentuk sihir dan perdukunan atau klenik, akan membersihkan masyarakat dari berbagai macam khurofarat dan membersihkan negeri kaum muslimin dari bentuk peribadahan pada kubur. Keutamaan mengingkari kesyirikan ini lebih besar dari pengingkaran pada perzinaan, pencurian, korupsi, dan minuman keras. Apalagi yang diingkari adalah syirik akbar yang bisa membuat pelakunya murtad. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik” HR. Abu Daud no. 3883, Ibnu Majah no. 3530 dan Ahmad 1 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Hadits ini menambahkan bahwa pelet untuk mengikat cinta apa pun bentuknya, baik susuk atau bulu perindu juga termasuk perbuatan syirik. Dari Ruwaifi’ bin Tsabit berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata padanya, يَا رُوَيْفِعُ لَعَلَّ الْحَيَاةَ سَتَطُولُ بِكَ بَعْدِى فَأَخْبِرِ النَّاسَ أَنَّهُ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ أَوْ تَقَلَّدَ وَتَرًا أَوِ اسْتَنْجَى بِرَجِيعِ دَابَّةٍ أَوْ عَظْمٍ فَإِنَّ مُحَمَّدًا -صلى الله عليه وسلم- مِنْهُ بَرِىءٌ “Wahai Ruwaifi’, semoga umurmu panjang sepeninggalku. Katakanlah pada orang-orang bahwa siapa saja yang mengikat jenggotnya dalam rangka sombong atau untuk mempercantik diri seperti wanita, pen atau memakai kalung atau beristinja’ dengan kotoran hewan atau dengan tulang, maka Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- benar-benar berlepas diri darinya dari pelaku dan perbuatannya.” HR. Abu Daud no. 36, An Nasai no. 5067 dan Ahmad 4 108. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Sahabat Sa’id bin Jubair radhiyallahu anhu berkata, من قطع تميمة عن إنسان كان كعدل رقبة “Barangsiapa yang memotong tamimah dari seseorang, maka ia seperti membebaskan seorang budak” Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah, 5 36. Tamimah dari Ayat Al Qur’an Bagaimana jika tamimah atau jimat berasal dari Al Qur’an? Seperti seseorang menggantung mushaf Al Qur’an di rumahnya untuk melindungi rumah dari gangguan dan makhluk jahat, atau menggantungkan surat Al Ikhlas di dadanya. Semisal ini pula yaitu menggantungkan ayat kursi di dinding rumah agar rumah tidak kemasukan setan dan makhluk jahat. Untuk masalah tamimah berasal dari Al Qur’an para ulama berselisih pendapat. Sebagian ulama memberikan keringanan, sebagian lagi tetap melarang. Di antara yang berpendapat demikian adalah Ibnu Mas’ud. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Dalil ulama yang membolehkan tamimah dari Al Qur’an yaitu di antaranya firman Allah Ta’ala, وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” QS. Al Isro’ 82. Ulama yang melarang tamimah dari Al Qur’an beralasan Pertama, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik”. Hadits ini umum menunjukkan seluruh tamimah, baik dari Al Qur’an atau selainnya. Jadi seluruh tamimah itu syirik. Namun mengatakan bahwa tamimah dari Al Qur’an itu syirik tidaklah tepat karena yang digantung adalah kalamullah. Kedua, tamimah yang berasal dari Al Qur’an bisa jadi dibawa ke tempat kotor seperti toilet sehingga jadinya malah melecehkan Al Qur’an. Ketiga, tidak bisa dibedakan apakah itu tamimah ataukah itu Qur’an sehingga sulit diingkari. Keempat, tidak bisa dibedakan manakah ayat Qur’an dan manakah rajah-rajah yang berbau syirik karena sama-sama tulisan Arab. Sehingga seseorang bisa memakainya padahal itu hanyalah tulisan rajah yang tidak bermakna. Pendapat kedua yang menyatakan tamimah dari Al Qur’an itu terlarang, itulah yang lebih tepat dengan alasan untuk saddudz dzaro’i, yaitu menutup jalan dari hal-hal yang terlarang. Kaedah inilah yang diterapkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Adapun mafsadat kerusakan dari menggantung tamimah dari Al Qur’an adalah sebagai berikut Bisa membuat rancu, apakah yang digantung itu Al Qur’an ataukah memang azimat. Orang yang jahil bodoh ketika ia menggantungkan tamimah dari Al Qur’an, maka hatinya bergantung padanya, menganggap bahwa tamimah tersebut punya keistimewaan, bisa membuat rizki lancar, rumah terlindungi, dst. Padahal Al Qur’an itu cuma digantung, tidak dipelajari dan ditadabburi. Al Qur’an jadi dilecehkan dan dihinakan, karena tamimah semacam ini bisa dibawa tidur sehingga akhirnya ditindih atau bisa dibawa ke tempat kotor seperti toilet. Dari sini seseorang tetap tidak boleh atau diharamkan menggunakan jimat, azimat atau rajah dari Al Qur’an. Wallahu a’lam. Simak pembahasan lainnya Hukum Memajang Ayat Kursi. Sebenarnya Rajah Berbeda dengan Tamimah dari Ayat Al Qur’an Namun sebenarnya rajah yang ada bukanlah dari Al Qur’an. Lihat saja rajah yang ada hanya berupa huruf, bahkan kadang tidak bermakna. Jika memang jelas bukan dari ayat Qur’an, hanya berupa huruf-huruf atau angka-angka Arab saja, jelas syiriknya. إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik”. – Lihatlah azimat berikut, jelas tidak bermakna dan tidak diketahui maksud tulisan ini – Rajah Cuma Sebagai Sebab? Ini perkataan seorang dukun, di mana kita bisa memesan azimat atau berbagai macam rajah darinya Bagi saya, Azimat / rajah hanya sekedar sarana, daya dan kekuatan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mulai dari sini kita akan semakin menyadari, bukan hanya sekedar tahu, salah satu keagungan dari asma suci-NYA. Ki Umar Jogja Inilah keyakinan pengguna rajah secara umum, mereka meyakini rajah hanyalah sebagai sarana atau sebab, sedangkan yang menyembuhkan dan memberikan kekuatan adalah Allah. Keyakinan semacam ini pun tetap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam larang. Coba perhatikan hadits berikut. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat di lengan seorang pria gelang yang dinampakkan padanya. Pria tersebut berkata bahwa gelang itu terbuat dari kuningan. Lalu beliau berkata, “Untuk apa engkau memakainya?” Pria tadi menjawab, “Ini dipasang untuk mencegah dari wahinah penyakit yang ada di lengan atas. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, “Gelang tadi malah membuatmu semakin lemah. Buanglah! Seandainya engkau mati dalam keadaan masih mengenakan gelang tersebut, engkau tidak akan beruntung selamanya.” HR. Ahmad 4 445 dan Ibnu Majah no. 3531. Lihatlah keyakinan pria dalam hadits ini sama persis dengan Ki Umar, yaitu gelang tadi hanyalah sebagai sebab, namun tetap yang menyembuhkan adalah Allah. Ini pun tetap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam larang. Bahkan beliau katakan pemakai azimat semacam ini tidak akan beruntung selamanya. Jadi kita paham bahwa dengan alasan semacam itu pun, tetap azimat dinilai syirik. Sedangkan jika meyakini bahwa azimat atau rajah itu yang mendatangkan kesembuhan dan kekuatan, bukan Allah, ini lebih parah lagi karena orang yang meyakininya telah terjerumus dalam syirik akbar yang mengeluarkannya dari Islam. Sedangkan yang pertama seperti keyakinan umumnya orang termasuk syirik ashgor syirik kecil. Namun tetap syirik kecil lebih parah dari dosa besar. Ingat baik-baik hal ini! إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” QS An Nisa 48 Lalu bagaimana dengan obat? Rajah berbeda dengan obat yang telah diuji keampuhannya dari eksperimen ilmiah. Juga beda halnya dengan madu dan hababatus sauda, karena obat-obat ini telah ada bukti otentik dalam berbagai hadits. Sedangkan rajah, tidaklah demikian. Pembuktian rajah hanya melalui khodam atau penentian jin. Ini bukan ilmiah, namun ini mengada-ada. Jadi sekali lagi dalam pengambilan sebab, ingatlah 3 syarat Sebab yang diambil benar terbukti secara syar’i akan ampuhnya atau lewat eksperimen ilmiah. Sebab yang telah terbukti tidak menjadi tempat bergantung, namun bergantungnya hati hanyalah pada Allah. Keampuhan sebab hanyalah dengan takdir atau ketentuan Allah. Ya Allah, lindungilah kami dan keturunan kami dari segala macam bentuk kesyirikan. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. Referensi At Tamhid Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sholeh bin Abdul Aziz Alu Syaikh, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama, 1423 H. Fathul Majid Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, terbitan Darul Ifta’, cetakan ketujuh, 1431 H. Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Hamd bin Abdullah Al Hamd, terbitan Maktabah Ar Rusyd, cetakan kedua, 1431 H. Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 3 Robi’ul Awwal 1433 H Baca Juga Berkah Bukan Dari Jimat Penglaris Benarkah Ada Kesurupan?
Surah Ar Rahman terdiri dari 78 Ayat dan merupakan Surah yang ke 55 didalam Al Qur’an. Tulisan-Lafadz-Bacaan-Teks Arab Ar Rahmaan. الرحمن بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ الرَّحْمٰنُ ﴿الرحمن١ عَلَّمَ الْقُرْءَانَ ﴿الرحمن٢ خَلَقَ الْإِنسٰنَ ﴿الرحمن٣ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿الرحمن٤ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ ﴿الرحمن٥ وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ ﴿الرحمن٦ وَالسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ ﴿الرحمن٧ أَلَّا تَطْغَوْا۟ فِى الْمِيزَانِ ﴿الرحمن٨ وَأَقِيمُوا۟ الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا۟ الْمِيزَانَ ﴿الرحمن٩ وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ ﴿الرحمن١۰ فِيهَا فٰكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ ﴿الرحمن١١ وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ ﴿الرحمن١٢ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن١٣ خَلَقَ الْإِنسٰنَ مِن صَلْصٰلٍ كَالْفَخَّارِ ﴿الرحمن١٤ وَخَلَقَ الْجَآنَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ ﴿الرحمن١٥ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن١٦ رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ ﴿الرحمن١٧ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن١٨ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ ﴿الرحمن١٩ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ ﴿الرحمن٢۰ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٢١ يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ ﴿الرحمن٢٢ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٢٣ وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنشَـَٔاتُ فِى الْبَحْرِ كَالْأَعْلٰمِ ﴿الرحمن٢٤ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٢٥ كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ﴿الرحمن٢٦ وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْإِكْرَامِ ﴿الرحمن٢٧ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٢٨ يَسْـَٔلُهُۥ مَن فِى السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْنٍ ﴿الرحمن٢٩ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٣۰ سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَ الثَّقَلَانِ ﴿الرحمن٣١ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٣٢ يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطٰنٍ ﴿الرحمن٣٣ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٣٤ يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّن نَّارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنتَصِرَانِ ﴿الرحمن٣٥ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٣٦ فَإِذَا انشَقَّتِ السَّمَآءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ ﴿الرحمن٣٧ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٣٨ فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُسْـَٔلُ عَن ذَنۢبِهِۦٓ إِنسٌ وَلَا جَآنٌّ ﴿الرحمن٣٩ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٤۰ يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوٰصِى وَالْأَقْدَامِ ﴿الرحمن٤١ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٤٢ هٰذِهِۦ جَهَنَّمُ الَّتِى يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ ﴿الرحمن٤٣ يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ ءَانٍ ﴿الرحمن٤٤ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٤٥ وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ ﴿الرحمن٤٦ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٤٧ ذَوَاتَآ أَفْنَانٍ ﴿الرحمن٤٨ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٤٩ فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ ﴿الرحمن٥۰ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٥١ فِيهِمَا مِن كُلِّ فٰكِهَةٍ زَوْجَانِ ﴿الرحمن٥٢ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٥٣ مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ فُرُشٍۭ بَطَآئِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ ۚ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ ﴿الرحمن٥٤ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٥٥ فِيهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَآنٌّ ﴿الرحمن٥٦ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٥٧ كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ ﴿الرحمن٥٨ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٥٩ هَلْ جَزَآءُ الْإِحْسٰنِ إِلَّا الْإِحْسٰنُ ﴿الرحمن٦۰ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٦١ وَمِن دُونِهِمَا جَنَّتَانِ ﴿الرحمن٦٢ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٦٣ مُدْهَآمَّتَانِ ﴿الرحمن٦٤ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٦٥ فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ ﴿الرحمن٦٦ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٦٧ فِيهِمَا فٰكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ ﴿الرحمن٦٨ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٦٩ فِيهِنَّ خَيْرٰتٌ حِسَانٌ ﴿الرحمن٧۰ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٧١ حُورٌ مَّقْصُورٰتٌ فِى الْخِيَامِ ﴿الرحمن٧٢ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٧٣ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَآنٌّ ﴿الرحمن٧٤ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٧٥ مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِىٍّ حِسَانٍ ﴿الرحمن٧٦ فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿الرحمن٧٧ تَبٰرَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْإِكْرَامِ ﴿الرحمن٧٨ Baca juga Surah sebelumnya Al Qamar Surah berikutnya Al Waqi’ah
Bacaan teks lafadz surah Ar Rahman tulisan arab saja. Surah Ar Rahman merupakan urutan surat yang ke-55 dalam kitab Suci Al-Qur’an. Surah Ar Rahman terdiri dari 78 ayat dan merupakan salah satu urutan Juz yang ke-27 serta tergolong dalam surah Madaniyah. Baca Juga Surat Al Waqi’ah Tulisan Arab Saja – الواقعة بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١ – اَلرَّحْمٰنُۙ ٢ – عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗ ٣ – خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ ٤ – عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ٥ – اَلشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ ٦ – وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ ٧ – وَالسَّمَاۤءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَانَۙ ٨ – اَلَّا تَطْغَوْا فِى الْمِيْزَانِ ٩ – وَاَقِيْمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيْزَانَ ١٠ – وَالْاَرْضَ وَضَعَهَا لِلْاَنَامِۙ ١١ – فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّالنَّخْلُ ذَاتُ الْاَكْمَامِۖ ١٢ – وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُۚ ١٣ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ١٤ – خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ ١٥ – وَخَلَقَ الْجَاۤنَّ مِنْ مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍۚ ١٦ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ١٧ – رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِۚ ١٨ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ١٩ – مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيٰنِۙ ٢٠ – بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيٰنِۚ ٢١ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٢٢ – يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُۚ ٢٣ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٢٤ – وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَاٰتُ فِى الْبَحْرِ كَالْاَعْلَامِۚ ٢٥ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٢٦ – كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۖ ٢٧ – وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِۚ ٢٨ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٢٩ – يَسْـَٔلُهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍۚ ٣٠ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٣١ – سَنَفْرُغُ لَكُمْ اَيُّهَ الثَّقَلٰنِۚ ٣٢ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٣٣ – يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ ٣٤ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٣٥ – يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّنْ نَّارٍۙ وَّنُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِۚ ٣٦ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٣٧ – فَاِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاۤءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِۚ ٣٨ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٣٩ – فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُسْـَٔلُ عَنْ ذَنْۢبِهٖٓ اِنْسٌ وَّلَا جَاۤنٌّۚ ٤٠ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٤١ – يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْنَ بِسِيْمٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِيْ وَالْاَقْدَامِۚ ٤٢ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٤٣ – هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُوْنَۘ ٤٤ – يَطُوْفُوْنَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيْمٍ اٰنٍۚ ٤٥ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٤٦ – وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ جَنَّتٰنِۚ ٤٧ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۙ ٤٨ – ذَوَاتَآ اَفْنَانٍۚ ٤٩ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٥٠ – فِيْهِمَا عَيْنٰنِ تَجْرِيٰنِۚ ٥١ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٥٢ – فِيْهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجٰنِۚ ٥٣ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٥٤ – مُتَّكِـِٕيْنَ عَلٰى فُرُشٍۢ بَطَاۤىِٕنُهَا مِنْ اِسْتَبْرَقٍۗ وَجَنَا الْجَنَّتَيْنِ دَانٍۚ ٥٥ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٥٦ – فِيْهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرْفِۙ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ اِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَاۤنٌّۚ ٥٧ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٥٨ – كَاَنَّهُنَّ الْيَاقُوْتُ وَالْمَرْجَانُۚ ٥٩ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٦٠ – هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ ٦١ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٦٢ – وَمِنْ دُوْنِهِمَا جَنَّتٰنِۚ ٦٣ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۙ ٦٤ – مُدْهَاۤمَّتٰنِۚ ٦٥ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ٦٦ – فِيْهِمَا عَيْنٰنِ نَضَّاخَتٰنِۚ ٦٧ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٦٨ – فِيْهِمَا فَاكِهَةٌ وَّنَخْلٌ وَّرُمَّانٌۚ ٦٩ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٧٠ – فِيْهِنَّ خَيْرٰتٌ حِسَانٌۚ ٧١ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٧٢ – حُوْرٌ مَّقْصُوْرٰتٌ فِى الْخِيَامِۚ ٧٣ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٧٤ – لَمْ يَطْمِثْهُنَّ اِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَاۤنٌّۚ ٧٥ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٧٦ – مُتَّكِـِٕيْنَ عَلٰى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَّعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍۚ ٧٧ – فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ ٧٨ – تَبٰرَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ
tulisan arab rajah sulaiman