Zatyang berfungsi paling akhir dalam menutup luka adalah - 2188707 Adoputri12 Adoputri12 02.03.2015 B. Indonesia Sekolah Menengah Atas terjawab Zat yang berfungsi paling akhir dalam menutup luka adalah 1 Lihat jawaban Iklan Iklan ovioctavirnanda ovioctavirnanda Zat zat seperti Hormon,Vitamin,dan Enzim. Iklan Makananmerupakan suatu zat yang bisa dimasukkan ke dalam tubuh dan berfungsi bagi tubuh. Makanan memiliki fungsi, antara lain penyedia bahan bakar dan sumber energi utama, pembangun tubuh, serta pelindung dan pertahanan tubuh. Tubuh manusia membutuhkan yang namanya zat makanan dalam jumlah yang berbeda. Ada yang dibutuhkan dalam jumlah banyak Zatzat tersebut dapat ditambahkan atau ditingkatkan kadarnya pada urine apabila di dalam tubuh terlalu banyak. Zat yang mengalami peningkatan kadar tertinggi di dalam urine diantaranya adalah NH4, SO4, kreatinin dan urea. Dengan demikian, tiga zat yang kenaikannya dalam urine paling tinggi adalah SO4, NH4, dan Urea. Akar merupakan salah satu organ atau struktur pada tumbuhan.. Akar merupakan bagian tumbuhan yang arah tumbuhnya ke dalam tanah dan umumnya berada di dalam tanah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akar adalah bagian tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah sebagai penguat dan pengisap air serta zat makanan.. Dalam buku Anatomi Tumbuhan (2006) karya Sri Mulyani JenisPerban Menutup Luka. Pada banyak kasus, Anda bisa menggunakan perban adesif untuk menutup luka kecil, goresan, atau luka bakar. Untuk menutup luka yang lebih lebar, Anda perlu mengaplikasikan gauze pad yang bersih atau perban gulung. Dipublish tanggal: Jul 18, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit. Adanyamodern wound dressing ini dikarenakan para peneliti beranggapan bahwa penyembuhan luka akan semakin cepat sembuh jika luka cepat kering. Apa itu modern dressing memerlukan tiga langkah untuk mengobati luka. Berikut ini tiga langkah yang dilakukan pada metode modern wound dressing yang perlu diketahui: Mencuci luka. . Dipublish tanggal Agu 14, 2019 Update terakhir Okt 12, 2020 Tinjau pada Feb 27, 2020 Waktu baca 3 menit Pernahkah mendengar tentang wound dressing atau penutup luka? Saat ini sudah terdapat berbagai jenis wound dressing yang bisa dimanfaatkan untuk merawat berbagai jenis luka. Namun ternyata beda cara menutup luka juga membutuhkan perawatan yang berbeda. Salah satu penggunaan wound dressing paling sering digunakan oleh penderita diabetes yang memiliki luka cukup besar. Pahami dulu jenis luka berdasarkan proses penyembuhan dan durasi waktu yang diperlukan untuk perawatan. Secara garis besar, proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi dua, yakni luka akut dan luka kronis. Luka akut merupakan cedera pada kulit yang disebabkan karena operasi. Sedangkan luka kronis merupakan luka yang dalam proses penyembuhannya mengalami kegagalan dan tidak dapat diprediksi kapan luka itu bisa sembuh. Luka ini biasanya terjadi akibat luka bakar atau luka ulkus. Baca juga Cara Merawat Luka Setelah Operasi di Rumah 4 Tahapan penyembuhan luka Normalnya proses penyembuhan luka dibagi menjadi 4 tahap yang normal dan saling berhubungan, yaitu Tahapan pertama merupakan fase koagulasi dan hemostasis di mana tahapan ini terjadi setelah timbul luka yang bertujuan untuk menghentikan pendarahan Tahap kedua merupakan fase inflamasi di mana jaringan yang terluka akan mengalami inflamasi untuk mencegah infeksi Tahapan ketiga merupakan fase proliferasi di mana pada fase ini jaringan yang rusak akan memperbaiki dirinya sendiri untuk membentuk jaringan dan pembuluh yang baru Tahapan keempat atau terakhir merupakan fase dimana pembuluh dan jaringan baru yang sudah terbentuk akan lebih dimatangkan kembali Fungsi perban untuk menutup luka Penggunaan perban sebagai penutup luka sendiri bermanfaat untuk melindungi luka dari infeksi sekaligus membantu proses penyembuhan luka agar dapat berlangsung lebih cepat. Terlebih lagi penutup luka memang dibuat khusus untuk bersentuhan langsung dengan luka, sementara perban dibuat khusus untuk menjaga agar wound dressing tetap berada pada posisinya dan tidak bergeser. Sebenarnya wound dressing memiliki beberapa fungsi berdasarkan jenis, tingkat keparahan, dan lokasi luka. Namun secara garis besar fungsi utamanya adalah untuk menutup luka agar tidak terinfeksi. Di samping itu, wound dressing juga bermanfaat untuk menghentikan luka, mempercepat proses pembekuan darah, menyerap cairan, hingga memulai proses penyembuhan luka. 5 Jenis perban wound dressing Saat ini wound dressing terdiri dari berbagai macam jenis yang bisa didapatka, namun secara garis besar wound dressing dapat dibedakan menjadi 5 dan disesuaikan dengan jenis lukanya, yaitu Film Dressing Tipe perban film dressing dapat digunakan sebagai dressing utama maupun tambahan. Pada umumnya jenis perban yang satu ini sering digunakan pada area tubuh yang sering mengalami gesekan seperti pada tumit. Karena film dressing memiliki bahan yang tembus udara sehingga luka tidak terlalu lembab dan basah. Selain itu, penutup luka jenis ini bisa menjaga luka agar tetap kering dan mencegah kontaminasi bakteri. Simple Island Dressing Tipe perban simple island dressing biasanya hanya digunakan pada luka bekas jahitan dan pada umumnya di bagian tengah perban mengandung selulosa yang bermanfaat untuk menyerap cairan yang menembus keluar selama 24 jam pertama setelah tindakan operasi. Non-adherent Dressing Perban yang satu ini dibuat khusus agar tidak langsung menyentuh luka. Hal ini bertujuan agar saat perban dibuka tidak menimbulkan luka dan nyeri. Tak hanya itu, perban ini juga bertujuan untuk menghindari kerusakan pada jaringan baru yang terbentuk sehingga tidak menimbulkan luka baru. Baca juga 5 Cara Mengobati Memar dengan Cepat Moist Dressing Jenis perban moist dressing bermanfaat untuk menjaga kelembaban luka dengan cara menjaga kulit agar tidak kehilangan cairannya bahkan meningkatkan kelembapan pada area luka. Moist dressing dibagi lagi menjadi 2, yaitu hydrogel yang mengandung banyak air sehingga berbentuk seperti gel. Biasanya moist dressing digunakan pada luka yang mengandung jaringan mati sehingga dapat menghambat proses penyembuhan. Sementara moist dressing tipe hydrocolloid tidak mengandung air di dalamnya tetapi berperan sebagai menjaga kelembapan yang mungkin hilang akibat penguapan. Absorbent Dressing Perban jenis absorbent dressing sangat efektif untuk menyerap cairan yang keluar dari luka. Jadi perban yang satu ini lebih cocok digunakan pada luka yang basah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi maserasi pada luka yang diakibatkan karena cairan yang terus keluar dari luka. Ternyata penggunaan perban untuk penutup luka juga tak boleh dilakukan secara sembarangan karena penggunaan perban sebagai penutup luka wound dressing juga perlu disesuaikan dengan jenis lukanya. Untuk itu, pastikan Anda selalu merawat luka dengan baik dan benar, jika ada yang membuat ragu, tanyakan kepada dokter. 6 Referensi Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini. Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat Wound is the discontinue of the anatomical structure of the body tissue, the healing phase consists of 3 stages, they are the inflammatory phase, which is divided into early inflammation, and late inflammation that occurs from day 0 to day 5 after injury. The Proliferation phase, which includes three main processes, namely Neoangiogenesis, fibroblast formation and re-epithelialization, occurs from day 3 to day 21 after injury. Maturation phase occurs from day 21 to 1 year after injury which aims to maximize the strength and structural integrity of new tissue fillings, epithelial growth and scar tissue formation. These three phases influence each other and many cells and cytokines play a role in each phase. The amount of research on the wound healing process to achieve satisfactory results with a shorter time than the nominal phase results in a theory of the process of wound healing that is increasingly detailed which will be explained from the aspects of cellular and molecular mechanisms. Keywords wound healing, wound healing process, wound healing mechanism, cellular mechanism of wound healing, molecular mechanism of wound healing Correspondence to novaprimadina ABSTRAK Luka adalah terputusnya kontinuitas struktur anatomi jaringan tubuh, dimana fase penyembuhannya terdiri dari 3 tahap yaitu Fase Inflamasi yang dibagi menjadi early inflammation Fase haemostasis, dan late inflammation yang terjadi sejak hari ke 0 sampai hari ke 5 pasca terluka. Fase Proliferasi, yang meliputi tiga proses utama yakni Neoangiogenesis, pembentukan fibroblast dan re-epitelisasi, terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-21 pasca terluka. Fase Maturasi terjadi mulai hari ke-21 sampai 1 tahun pasca bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut. Ketiga fase ini saling mempengaruhi satu sama lain dan banyak sel dan sitokin yang berperan didalam setiap fase. Banyaknya penelitian tentang proses penyembuhan luka untuk mencapai hasil yang memuaskan dengan waktu yang lebih singkat dari fase nomal menghasilkan teori proses penyembuhan luka yang semakin detail yang akan dijelaskan dari aspek mekanisme seluler dan molekuler. Kata kunci penyembuhan luka, proses penyembuhan luka, mekanisme penyembuhan luka, mekanisme seluler penyembuhan luka, mekanisme molekuler penyembuhan luka Korespondensi novaprimadina Figures - available via license CC BYContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201930 31Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman PROSES PENYEMBUHAN LUKA DITINJAU DARI ASPEK MEKANISME SELULER DAN MOLEKULER 1Nova Primadina, 2Achmad Basori, 3David S Perdanakusuma 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya 2 Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 3 Departemen Ilmu Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Submitted November 2018 Accepted Desember 2018 Published Januari 2019 ABSTRACTWound is the discontinue of the anatomical structure of the body tissue, the healing phase consists of 3 stages, they are the inflammatory phase, which is divided into early inflammation, and late inflammation that occurs from day 0 to day 5 after injury. The Proliferation phase, which includes three main processes, namely Neoangiogenesis, fibroblast formation and re-epithelialization, occurs from day 3 to day 21 after injury. Maturation phase occurs from day 21 to 1 year after injury which aims to maximize the strength and structural integrity of new tissue fillings, epithelial growth and scar tissue formation. These three phases influence each other and many cells and cytokines play a role in each phase. The amount of research on the wound healing process to achieve satisfactory results with a shorter time than the nominal phase results in a theory of the process of wound healing that is increasingly detailed which will be explained from the aspects of cellular and molecular mechanisms. Keywords wound healing, wound healing process, wound healing mechanism, cellular mechanism of wound healing, molecular mechanism of wound healing Correspondence to novaprimadina ABSTRAK Luka adalah terputusnya kontinuitas struktur anatomi jaringan tubuh, dimana fase penyembuhannya terdiri dari 3 tahap yaitu Fase Inflamasi yang dibagi menjadi early inflammation Fase haemostasis, dan late inflammation yang terjadi sejak hari ke 0 sampai hari ke 5 pasca terluka. Fase Proliferasi, yang meliputi tiga proses utama yakni Neoangiogenesis, pembentukan fibroblast dan re-epitelisasi, terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-21 pasca terluka. Fase Maturasi terjadi mulai hari ke-21 sampai 1 tahun pasca bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut. Ketiga fase ini saling mempengaruhi satu sama lain dan banyak sel dan sitokin yang berperan didalam setiap fase. Banyaknya penelitian tentang proses penyembuhan luka untuk mencapai hasil yang memuaskan dengan waktu yang lebih singkat dari fase nomal menghasilkan teori proses penyembuhan luka yang semakin detail yang akan dijelaskan dari aspek mekanisme seluler dan molekuler. Submitted November 2018 Accepted Desember 2018 Published Januari 2019 Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201932 33Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Kata kunci penyembuhan luka, proses penyembuhan luka, mekanisme penyembuhan luka, mekanisme seluler penyembuhan luka, mekanisme molekuler penyembuhan luka Korespondensi novaprimadina PENDAHULUAN Luka adalah terputusnya kontinuitas struktur anatomi jaringan tubuh yang bervariasi mulai dari yang paling sederhana seperti lapisan epitel dari kulit, sampai lapisan yang lebih dalam seperti jaringan subkutis, lemak dan otot bahkan tulang beserta struktur lainnya seperti tendon, pembuluh darah dan syaraf, sebagai akibat dari trauma atau ruda paksa atau trauma dari luar.T Velnar, 2009 . Pada tahun 2009 MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di Amerika melakukan penelitian tentang insiden luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh data sebagai berikut Driscoll, 2014 Tabel 1. Insiden luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit, luka bedah mendudukiperingkat pertama tertinggi Diligence, 2009; Driscoll, 2014 Tampak pada tabel bahwa dua peringkat tertinggi dunia adalah luka akut. Di Indonesia sendiri angka infeksi untuk luka bedah mencapai sampai dengan % pada tahun 2001 DEPKESRI, 2001 dan saat ini meningkat menjadi 55,1% DEPKESRI, 2011; Sri Fajriani A, Marsaoly, 2016, hal ini menandakan semakin banyaknya terjadi komplikasi penyembuhan luka yang menyebabkan proses inflamasi yang memanjang dan waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan. Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita memahami proses penyembuhan luka secara mendalam hingga ke aspek mekanisme seluler dan biomolekuler, sehingga penanganan perawatan luka dapat dilakukan secara optimal. PROSES PENYEMBUHAN LUKA Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang melibatkan respon seluler dan biokimia baik secara lokal maupun sistemik melibatkan proses dinamis dan kompleks dari koordinasi serial termasuk pendarahan, koagulasi, inisiasi respon inflamasi akut segera setelah trauma, regenerasi, migrasi dan proliferasi jaringan ikat dan sel parenkim, serta sintesis protein matriks ekstraselular, remodeling parenkim dan jaringan ikat serta deposisi kolagen T Velnar, 2009. Sel yang paling berperan dari semua proses ini adalah sel makrofag, yang berfungsi mensekresi sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi serta growth factors, fibroblast dan kemampuannya mensistesis kolagen yang mempengaruhi kekuatan tensile Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201932 33Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Selain itu, migrasi sel leukosit dan trombosit juga dipicu oleh aktivasi associated kinase yang meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion Ca2+ dan kolagenase dan elastase, yang juga merangsang migrasi sel tersebut ke matriks provisional yang telah terbentuk. Setelah sampai di matriks provisional, sel trombosit mengalami degranulasi, mengeluarkan sitokin-sitokin dan mengaktifkan jalur intrinsik dan ekstrinsik yang menstimulasi sel-sel netrofil bermigrasi ke matriks provisional dan memulai fase inflamasi Landén et al., 2016. Adapun sitokin yang di sekresi sel trombosit juga berfungsi untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi dan melepaskan berbagai faktor pertumbuhan yang potensial seperti Transforming Growth Factor-β TGF- β, Derived Growth Factor PDGF, -1 IL-1, Insulin-like Growth -1, Epidermal Growth Factor Vascular Endothelial Growth VEGF, sitokin dan kemokin. Mediator ini sangat dibutuhkan pada penyembuhan luka untuk memicu penyembuhan sel, diferensiasi dan mengawali pemulihan jaringan yang rusak Werner S, AKHIR LAG PHASE Fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma sampai hari ke-5 pasca Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan jaringan yang mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen Gutner GC, 2007. Setelah hemostasis tercapai, sel radang akut serta neutrofil akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri. Dengan adanya neutrofil maka dimulai respon keradangan yang ditandai dengancardinal , yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan Netrofil, limfosit dan makrofag adalah sel yang pertama kali mencapai daerah luka. Fungsi utamanya adalah melawan infeksi dan membersihkan debris matriks seluler dan benda-benda asing .Agen kemotaktik seperti produk bakteri, yaitu DAMP Damage Associated Molecules Pattern dan PAMP Pathogen Spesific Associated Molecules Pattern, complement factor, histamin, prostaglandin, dan leukotriene. Agen ini akan ditangkap oleh reseptor TLRs toll like receptor dan merangsang aktivasi jalur signalling intraseluler yaitu jalur NFκβ dan MAPK. Pengaktifan jalur ini akan menghasilkan ekspresi gen yang terdiri dari sitokin dan kemokin pro-inflamasi yang menstimulasi leukosit untuk ekstravasasi keluar dari sel endotel ke matriks provisional. Leukosit akan melepaskan bermacam-macam faktor untuk menarik sel yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta pelepasan sitokin yang akan memulai proliferasi jaringan. Leukosit yang terdapat pada luka di dua hari pertama adalah neutrofil, biasanya terdeteksi pada luka dalam 24 jam sampai dengan 36 jam setelah terjadi luka. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri dengan fagositosis. Netrofil mensekresi sitokin pro inflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-6 juga mengeluarkan protease untuk mendegradasi matriks ekstraseluler yang tersisa. Setelah melaksanakan fungsi fagositosis, neutrofil akan difagositosis oleh makrofag atau mati. Meskipun neutrofil memiliki peran dalam mencegah infeksi, keberadaan neutrofil yang persisten pada luka dapat menyebabkan luka sulit untuk mengalami proses penyembuhan. Hal ini bisa menyebabkan luka akut berprogresi menjadi luka kronis Landén et al., 2016 Qanun Medika Januari2019 halaman strengh luka dan mengisi jaringan luka kembali ke bentuk semula, kemudian diikuti oleh sel-sel keratinosit kulit untuk membelah diri dan bermigrasi membentuk re-epitelialisasi dan menutupi area luka Faten Khorshid, 2010. Keseimbangan antara sintesis dan degradasi jaringan membentuk suatu proses penyembuhan luka normal yang terdiri dari even terpisah yang saling berhubungan termasuk mikrosirkulasi transportasi oksigen, respon imun dan inflamasi, perubahan metabolisme dan sistem neuroendokrin serta melibatkan beberapa tingkat organisasi seperti bermacam-macam jenis sel fibroblast, netrofil, makrofag dan sebagainya, interselular messenger sitokin, hormon, growth factor dan sebagainya, produk buatan kolagen, proteoglikan dan sebagainya dan enzim MMP dan matriks metalloproteinas. Suatu luka dikatakan sembuh secara sempurna jika luka telah kembali ke struktur anatomi jaringan, fungsi jaringan, dan penampakan secara normal dalam periode waktu yang sesuai T Velnar, 2009.Secara umum, penyembuhan luka dibagi dalam 3 fase gambar FASE INFLAMASI AWAL FASE HEMOSTASIS Fase Inflamasi terbagi dua, yaitu Fase inflamasi awal atau fase haemostasis dan fase inflamasi akhir. Pada saat jaringan terluka, pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan, reaksi tubuh pertama sekali adalah berusaha menghentikan pendarahan dengan mengaktifkan faktor koagulasi intrinsik dan ekstrinsik, yang mengarah ke agregasi platelet dan formasi clot vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus retraksi dan reaksi haemostasis. Reaksi haemostasis akan terjadi karena darah yang keluar dari kulit yang terluka akan mengalami kontak dengan kolagen dan matriks ekstraseluler, hal ini akan memicu pengeluaran platelet atau dikenal juga dengan trombosit mengekspresi glikoprotein pada membran sel sehingga trombosit tersebut dapat beragregasi menempel satu sama lain dan membentuk massa clotting. Massa ini akan mengisi cekungan luka membentuk matriks provisional sebagai scaffold untuk migrasi sel-sel radang pada fase inflamasi. Landén, Li, & Ståhle, 2016 Pada saat yang bersamaan sebagai akibat agregasi trombosit, pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi selama 5 sampai dengan 10 menit, akibatnya akan terjadi hipoksia, peningkatan glikolisis dan penurunan PH yang akan direspon dengan terjadinya vasodilatasi. Lalu akan terjadi migrasi sel leukosit dan trombosit ke jaringan luka yang telah membentuk scaffold tadi. fase penyembuhan luka, waktu dan sel karakteristik yang tampak pada waktu tertentu Gutner GC, 2007 Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201934 35Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Selain itu, migrasi sel leukosit dan trombosit juga dipicu oleh aktivasi associated kinase membrane yang meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion Ca2+ dan mengaktivasi kolagenase dan elastase, yang juga merangsang migrasi sel tersebut ke matriks provisional yang telah terbentuk. Setelah sampai di matriks provisional, sel trombosit mengalami degranulasi, mengeluarkan sitokin-sitokin dan mengaktifkan jalur intrinsik dan ekstrinsik yang menstimulasi sel-sel netrofil bermigrasi ke matriks provisional dan memulai fase inflamasi Landén et al., 2016. Adapun sitokin yang di sekresi sel trombosit juga berfungsi untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi dan melepaskan berbagai faktor pertumbuhan yang potensial seperti Transforming Growth Factor-β TGF- β, Platelet Derived Growth Factor PDGF, Interleukin-1 IL-1, Insulin-like Growth Factor-1 IGF-1, Epidermal Growth Factor EGF, dan Vascular Endothelial Growth Factor VEGF, sitokin dan kemokin. Mediator ini sangat dibutuhkan pada penyembuhan luka untuk memicu penyembuhan sel, diferensiasi dan mengawali pemulihan jaringan yang rusak Werner S, 2003. FASE INFLAMASI AKHIR LAG PHASE Fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan jaringan yang mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen Gutner GC, 2007. Setelah hemostasis tercapai, sel radang akut serta neutrofil akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri. Dengan adanya neutrofil maka dimulai respon keradangan yang ditandai dengan cardinal symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functio laesa. Netrofil, limfosit dan makrofag adalah sel yang pertama kali mencapai daerah luka. Fungsi utamanya adalah melawan infeksi dan membersihkan debris matriks seluler dan benda-benda asing .Agen kemotaktik seperti produk bakteri, yaitu DAMP Damage Associated Molecules Pattern dan PAMP Pathogen Spesific Associated Molecules Pattern, complement factor, histamin, prostaglandin, dan leukotriene. Agen ini akan ditangkap oleh reseptor TLRs toll like receptor dan merangsang aktivasi jalur signalling intraseluler yaitu jalur NFκβ dan MAPK. Pengaktifan jalur ini akan menghasilkan ekspresi gen yang terdiri dari sitokin dan kemokin pro-inflamasi yang menstimulasi leukosit untuk ekstravasasi keluar dari sel endotel ke matriks provisional. Leukosit akan melepaskan bermacam-macam faktor untuk menarik sel yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta pelepasan sitokin yang akan memulai proliferasi jaringan. Leukosit yang terdapat pada luka di dua hari pertama adalah neutrofil, biasanya terdeteksi pada luka dalam 24 jam sampai dengan 36 jam setelah terjadi luka. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri dengan fagositosis. Netrofil mensekresi sitokin pro inflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-6 juga mengeluarkan protease untuk mendegradasi matriks ekstraseluler yang tersisa. Setelah melaksanakan fungsi fagositosis, neutrofil akan difagositosis oleh makrofag atau mati. Meskipun neutrofil memiliki peran dalam mencegah infeksi, keberadaan neutrofil yang persisten pada luka dapat menyebabkan luka sulit untuk mengalami proses penyembuhan. Hal ini bisa menyebabkan luka akut berprogresi menjadi luka kronis Landén et al., 2016 Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201934 35Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Pada hari ke tiga luka, monosit berdiferensiasi menjadi makrofag masuk ke dalam luka melalui mediasi monocyte chemoattractant protein 1 MCP-1. Makrofag sebagai sel yang sangat penting dalam penyembuhan luka memiliki fungsi fagositosis bakteri dan jaringan matin akan berubah menjadi makrofag efferositosis M2 yang mensekresi sitokin anti inflamasi seperti IL-4, IL-10, IL-13 Landén et al., 2016. Makrofag mensekresi proteinase untuk mendegradasi matriks ekstraseluler ECM dan penting untuk membuang material asing, merangsang pergerakan sel, dan mengatur pergantian ECM. Tabel 2. Sitokin yang berperan dalam Fase Inflamasi Samantha Holoway, 2012 Meningkatkan PMN dan sintesis MMP Meningkatkan kemotaksis fibroblast dan keratinosit Meningkatkan sintesis MMP Makrofag, Keratinosit, PMN Meningkatkan Proliferasi Fibroblast Meningkatkan kemotaksis makrofag dan PMN Meningkatkan sintesis kolagen Meningkatkan aktivasi makrofag dan PMN Meningkatkan sintesis MMP Menurunkan sintesis Kolagen Sit okin Ant i I nfla masi Limfosit T, Basofil, sel Mast Menurunkan sintesis TNF-α, IL-1, IL-6 Meningkatkan proliferasi fibroblast dan sintesis kolagen Limfosit -T, Makrofag, Keratinosit Menurunkan sintesis TNF-α, IL-1, IL-6 Menurunkan aktivasi makrofag dan PMN Limfosit T, Basofil, sel Mast, sel NK Menurunkan sintesis TNF-α, IL-1, IL-6, TGF-β dan depo sisi kolag en Meningkatkan sintesis MMP, Makrofag M2 merupakan penghasil sitokin dan growth factor yang menstimulasi proliferasi fibroblast, produksi kolagen, pembentukan pembuluh darah baru, dan proses penyembuhan lainnya GC, 2007. Makrofag akan menggantikan peran polimorfonuklear sebagai sel predominan. Platelet dan faktor-faktor lainnya menarik monosit dari pembuluh darah. Ketika monosit mencapai lokasi luka, maka ia akan dimatangkan menjadi makrofag. Peran makrofag adalah Gutner GC, 2007  Memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak dengan melepaskan protease.  Melepaskan growth factors dan sitokin yang kemudian menarik sel-sel yang berperan dalam fase proliferasi ke lokasi luka.  Memproduksi faktor yang menginduksi dan mempercepat angiogenesis  Memstimulasi sel-sel yang berperan dalam proses reepitelisasi luka, membuat jaringan granulasi, dan menyusun matriks ekstraseluler.  Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena berperan melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta memulai fase proliferasi. Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201936 37Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Gambar 2. Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadinya trauma dan bertujuan untuk hemostasis,membuang jaringan mati dan mencegah infeksi invasif oleh mikroba pathogen. Tampak sebukan sel-sel radang b erwarna ungu kanan Gutner GC, 2007 FASE PROLIFERASI Fase proliferasi gambar. 3 berlangsung mulai hari ke-3 hingga 14 pasca trauma, ditandai dengan pergantian matriks provisional yang didominasi oleh platelet dan makrofag secara bertahap digantikan oleh migrasi sel fibroblast dan deposisi sintesis matriks ekstraselular T Velnar, 2009. Pada level makroskopis ditandai dengan adanya jaringan granulasi yang kaya akan jaringan pembuluh darah baru, fibroblas, dan makrofag, granulosit, sel endotel dan kolagen yang membentuk matriks ekstraseluler dan neovaskular yang mengisi celah luka dan memberikan scaffold adhesi, migrasi, pertumbuhan dan diferesiasi sel.Landén et al., 2016Gutner GC, 2007. Tujuan fase proliferasi ini adalah untuk membentuk keseimbangan antara pembentukan jaringan parut dan regenerasi jaringan. Terdapat tiga proses utama dalam fase proliferasi, antara lain 1. Neoangiogenesis Angiogenesis merupakan pertumbuhan pembuluh darah baru yang terjadi secara alami di dalam tubuh, baik dalam kondisi sehat maupun patologi sakit. Kata angiogenesis sendiri berasal dari kata angio yang berarti pembuluh darah dan genesis yang berarti pembentukan. Gambar 3. Fase prolif erasidi mana jaringan granulasi mengisi kavitas luka dan keratinosit bermigrasi untuk menutup luka Gutner GC, 2007 Pada keadaan terjadi kerusakan jaringan, proses angiogenesis berperan dalam mempertahankan kelangsungan fungsi berbagai jaringan dan organ yang terkena. Terjadinya hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang menggantikan pembuluh darah yang rusak Frisca dkk., 2009. Pada angiogenesis pembentukan pembuluh darah baru berasal dari kapiler-kapiler yang muncul dari pembuluh darah kecil di sekitarnya Kalangi, 2011. Pembuluh darah kapiler terdiri atas sel-sel endotel dan perisit. Kedua jenis sel ini memuat seluruh informasi genetik untuk membentuk pembuluh darah dan cabang-cabangnya serta seluruh jaring-jaring kapiler. Molekul-molekul angiogenik khas akan mendorong terjadinya proses ini, tetapi ada pula molekul-molekul penghambat bersifat khusus untuk menghentikan proses angiogenesis. Molekul-molekul dengan fungsi yang berlawanan tersebut nampaknya seimbang dan serasi dalam bekerja terus menerus mempertahankan suatu sistem pembuluh darah kecil yang konstan Kalangi, 2011. Pada proliferasi terjadi angiogenesis disebut juga sebagai neovaskularisasi, yaitu proses pembentukan pembuluh darah baru, merupakan hal yang penting sekali dalam langkah-langkah penyembuhan luka. Jaringan di mana pembentukan pembuluh darah baru Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201936 37Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman terjadi, biasanya terlihat berwarna merah eritem karena terbentuknya kapiler-kapiler di daerah itu. Selama angiogenesis, sel endotel memproduksi dan mengeluarkan sitokin. Beberapa faktor pertumbuhan terlibat dalam angiogenesis antara lain Vascular Endothelial Growth Factor VEGF, angiopoetin, Fibroblast Growth Factor FGF dan TGF-β. Setelah pembentukan jaringan cukup adekuat, migrasi dan proliferasi sel-sel endotelial menurun, dan sel yang berlebih akan mati dalam dengan proses apoptosis Gurtner GC, 2007. Angiogenesis meliputi urutan peristiwa sebagai berikut 1. Terdapat degradasi lokal lamina basal pada kapiler yang telah ada. 2. Migrasi sel-sel endotel ke tempat pertumbuhan baru. 3. Proliferasi dan diferensiasi untuk membentuk kuncup kapiler. 4. Penyusunan kembali sel-sel endotel untuk membentuk lumen. 5. Anastomosis kuncup-kuncup yang berdekatan untuk membentuk jalinan pembuluh darah. 6. Pengaliran darah melalui pembuluh darah baru 2. Fibroblast Fibroblas memiliki peran yang sangat penting dalam fase ini. Fibroblas memproduksi matriks ekstraselular yang akan mengisi kavitas luka dan menyediakan landasan untuk migrasi keratinosit. Matriks ekstraselular inilah yang menjadi komponen yang paling nampak pada skar di kulit. Makrofag memproduksi growth factor seperti PDGF, FGF dan TGF- yang menginduksi fibroblas untuk berproliferasi, migrasi, dan membentuk matriks ekstraselular Gurtner GC, 2007. Dengan bantuan matrix metalloproteinase MMP-12, fibroblas mencerna matriks fibrin dan menggantikannya dengan glycosaminoglycan GAG. Dengan berjalannya waktu, matriks ekstraselular ini akan digantikan oleh kolagen tipe III yang juga diproduksi oleh fibroblas. Kolagen ini tersusun atas 33% glisin, 25% hidroksiprolin, dan selebihnya berupa air, glukosa, dan galaktosa. Hidroksiprolin berasal dari residu prolin yang mengalami proses hidroksilasi oleh enzim prolyl hydroxylase dengan bantuan vitamin C. Hidroksiprolin hanya didapatkan pada kolagen, sehingga dapat dipakai sebagai tolok ukur banyaknya kolagen dengan mengalikan hasilnya dengan 7,8. Selanjutnya kolagen tipe III akan digantikan oleh kolagen tipe I pada fase maturasi. Faktor proangiogenik yang diproduksi makrofag seperti vascular endothelial growth factor VEGF, fibroblas growth factor FGF-2, angiopoietin-1, dan thrombospondin akan menstimulasi sel endotel membentuk neovaskular melalui proses angiogenesis. 3. Re-epitelisasi Secara simultan, sel-sel basal pada epitelium bergerak dari daerah tepi luka menuju daerah luka dan menutupi daerah luka.T Velnar, 2009. Pada tepi luka, lapisan single layer sel keratinosit akan berproliferasi kemudian bermigrasi dari membran basal ke permukaan luka. Ketika bermigrasi, keratinosit akan menjadi pipih dan panjang dan juga membentuk tonjolan sitoplasma yang panjang. Mereka akan berikatan dengan kolagen tipe I dan bermigrasi menggunakan reseptor spesifik integrin. Kolagenase yang dikeluarkan keratinosit akan mendisosiasi sel dari matriks dermis dan membantu pergerakan dari matriks awal. Sel keratinosit yang telah bermigrasi dan berdiferensiasi menjadi sel epitel ini akan bermigrasi di atas matriks provisional menuju ke tengah luka, bila sel-sel epitel ini telah bertemu di tengah luka, migrasi sel akan berhenti dan pembentukan membran basalis dimulai T Velnar, 2009. Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201938 39Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman FASE MATURASI REMODELING Fase maturasi gambar 4 ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut T Velnar, 2009. Segera setelah kavitas luka terisi oleh jaringan granulasi dan proses reepitelialisasi usai, fase ini pun segera dimulai. Pada fase ini terjadi kontraksi dari luka dan remodeling kolagen. Kontraksi luka terjadi akibat aktivitas fibroblas yang berdiferensiasi akibat pengaruh sitokin TGF-β menjadi myofibroblas, yakni fibroblas yang mengandung komponen mikrofilamen aktin intraselular. Myofibroblast akan mengekspresikan α-SMA α-Smooth Muscle Action yang akan membuat luka berkontraksi. Matriks intraselular akan mengalami maturasi dan asam hyaluronat dan fibronektin akan di degradasi T Velnar, 2009. Sekitar 80% kolagen pada kulit adalah kolagen tipe I dan 20% kolagen tipe III yang memungkinkan terjadinya tensile strength pada kulit. Diameter serat kolagen akan meningkat dan kolagen tipe III pada fase ini secara gradual digantikan oleh kolagen tipe Idengan bantuan matrix metalloproteinase MMP yang disekresi oleh fibroblas, makrofag & sel endotel. Gurtner GC, 2007T Velnar, 2009.Sedangkan pada jaringan granulasi mengekspresikan kolagen tipe 3 sebanyak 40% T Velnar, 2009. Pada fase ini terjadi keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi kolagen serta matriks ekstraseluler. Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenasedan kemudian diserap. Sisanya akan mengerut sesuai tegangan yang akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Gambar 4. Fase maturasi yang terjadi mulai hari ke-21 sampai sekitar 1 tahunGurtner, 2007 Setidaknya terdapat tiga prasyarat kondisi lokal agar proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan normal, yaitu 1. semua jaringan di area luka dan sekitarnya harus vital, 2. tidak terdapat benda asing, 3. tidak disertai kontaminasi eksesif atau infeksi Prasetyono T, 2009. Saat kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai keseimbangan, maka mulailah fase maturasi dari penyembuhan jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung hingga 1 tahun lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode penutupan luka yang dipakai. Selama proses maturasi, kolagen tipe III yang banyak berperan saat fase proliferasi akan menurun kadarnya secara bertahap, digantikan dengan kolagen tipe I yang lebih kuat. Serabut-serabut kolagen ini akan disusun, dirangkai, dan dirapikan sepanjang garis luka. Fase remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan. Pada umumnya tensile strength pada kulit dan fascia tidak akan pernah mencapai 100%, namun hanya sekitar 80% dari normal, karena serat-serat kolagen hanya bisa pulih sebanyak 80% dari kekuatan serat kolagen normal sebelum terjadinya luka.Marzoeki, 1993; Schultz, 2007. Kekuatan akhir yang dicapai tergantung pada lokasi terjadinya luka dan durasi lama perbaikan jaringan yang terjadi T Velnar, 2009 Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201938 39Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Sintesis dan degradasi kolagen dan matriks ekstraseluler terjadi secara simultan dan biasanya terjadi keseimbangan antara kedua proses hingga 3 minggu setelah terjadinya luka sebelum akhirnya terjadi kestabilan. ASPEK BIOMOLEKULER PENYEMBUHAN LUKA  TNF-α TNF-α adalah salah satu sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan oleh makrofag tipe 1 yang berfungsi merangsang sel inflamasi, fibroblast dan epitel. Proses penyembuhan luka memerlukan peranan dari mediator pro-inflamasi seperti Tumor Necrotic factor TNF-α ini. Semakin tinggi kadar TNF-α pada luka, menandakan proses inflamasi yang sedang berlangsung. Sebuah penelitian yang membandingkan antara tikus yang tidak terluka dan tikus yang terluka pada hari ke-3 dan ke-4 diukur kadar TNF-α nya dengan ELISA, didapatkan rentang kadar TNF-α pada tikus normal sebesar 0,81 pada hari ke-3, dan kadar TNF-α tertinggi didapatkan pada hari ke-3 pasca trauma. Pada proses luka terjadi kenaikan kadar TNF-α. Kenaikan kadar TNF-α dapat menginduksi keluarnya molekul adhesi endotel yaitu intercellular 3 adhesion molecule 1 ICAM-1 yang akan menambah melekatnya neutrofil pada sel endotel sebelum masuk ke dalam ruang ekstravaskuler atau ruang intrasel. Produk peradangan lainnya akan menyebabkan kemotaksis netrofil menuju jaringan yang cedera Haq FF, 2016.  TGF-β TGF-β dapat diproduksi oleh semua sel, tetapi tiga sel yang paling berperan adalah sel monosit, fibroblast dan platelet, dan berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Adapun pengaruh TGF-β pada proses penyembuhan luka antara lain Hariani, 2017 - TGF-β mempengaruhi kerja sel monosit dalam menghambat menghasilkan enzim proteolitik, - Sebagai faktor pertumbuhan TGF-β akan merangsang terjadinya kemotaksis sel-sel fibroblast sekaligus proses proliferasi fibroblast pada fase proliferasi sehingga akan dimulai pembentukan jaringan granulasi dan luka akan tampak berwarna kemerahan. - TGF-β mengendalikan perubahan fibroblast menjadi miofibroblast, yang nantinya berakibat luka akan tampak berkontraksi secara makro visual. - TGF-β merangsang produksi Extra Cellular Matrix ECM pada fase proliferasi dan maturasi untuk membentuk kolagen dan fibronektin. - TGF-β juga merangsang sel-sel endotel untuk membentuk gelung-gelung kapiler, yang biasa disebut dengan proses angiogenesis. - TGF-β mempengaruhi terjadinya epitelisasi.  MMP-1 Matrix Metalloproteinase 1 MMP-1 yang disebut juga matrixins, kolagenase vertebra adalah enzim utama yang terlibat dalam proses turn over matriks ekstra seluler dan telah diidentifikasi sebagai prosesor utama komponen matriks ekstraseluler. Adapun matriks ekstra seluler itu adalah bahan yang diproduksi oleh sel dan dikeluarkan ke ruang ekstra seluler dalam jaringan, yang berfungsi sebagai penyangga untuk menahan jaringan. Matriks ekstra seluler pada kulit memiliki peran struktural untuk mengatur transportasi nutrisi, faktor pertumbuhan, molekul sinyal sel lainnya, zat kimia syaraf dan produk sisa seluler pada kulit, yaitu membran basalis. Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201940 41Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman Produksi MMP distimulasi oleh sel inflamasi aktif seperti netrofil dan makrofag, serta sel epitel, fibroblast dan sel endotel vaskuler. Aktivasinya dilakukan oleh IL-1, tripsin, plamin dan SDS, dan stabilisasinya dilakukan oleh juga di regulasi secara ketat oleh TIMP Tissue Inhibitor of Metallo Proteinase.Pada epidermis kulit manusia, MMP-1 bekerja untuk me-remodelling kolagen tipe-3 secara bertahap diganti menjadi menjadi kolagen tipe-1. MMP memainkan peranan penting dalam 6 proses pada fase penyembuhan luka, yaitu Hariani, 2017  Membunuh bakteri  Melisiskan matriks ekstraseluler yang rusak  Membantu proses angiogenesis  Membantu migrasi sel epidermis  Kontraksi matriks ekstraseluler bekas luka  Remodelling matriks ekstraseluler bekas luka  VEGF Vascular Endhothelial Growth Factor VEGF diproduksi oleh banyak jenis sel, seperti sel endotel, fibroblast, platelet, netrofil, dan makrofag yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka. Sitokin diinduksi di dalam keratinosit dan makrofag tepi luka, dan diregulasi oleh sel endotel pada lokasi trauma. Peningkatan kadar VEGF selama proses penyembuhan luka yang normal akan menstimulasi pembentukan neoangiogenesis dan secara langsung akan meningkatkan sekresi MMP-1, TIMP dan MMP-2 dari sel endotel dan sekresi MMP-1, MMP-2, MMP-9 dari otot halus pembuluh darah. Angiogenesis pada penyembuhan luka termasuk terjadinya vasodilatasi, degradasi membran basalis, migrasi sel endotel, dan proliferasi sel endotel. Bersamaan dengan proses tersebut, akanterbentuk pembuluh darah baru diikuti dengan proses anastomosis. Penyembuhan luka normal sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan kapiler baru atau neoangiogenesis, karena hal ini akan memberi nutrisi dan mediator untuk proses penyembuhan luka. Hal ini ditandai dengan adanya pembentukan jaringan granulasi seperti jaringan fibrovaskular yang terdiri dari fibroblast, kolagen dan pembuluh darah Hariani, 2017.  EGF Faktor pertumbuhan growth factor EGF Epithelial Growth Factor mempunyai peranan penting dalam hantaran sinyal antar sel, dengan mengatur perkembangan dan pertumbuhan yang normal, dengan meregulasi proses proliferasi, diferensiasi, migrasi dan adhesi sel Dinh T, 2015. Sitokin ini juga merupakan polipeptida yang bersifat mitogenik terhadap sejumlah epitel yang terlibat dalam proses maturase epitel. EGF Epithelial Growth Factor bekerja dengan cara mengikat reseptor EGF Epithelial Growth Factor yaitu EGRF pada permukaan membrane sel dan merangsang aktivitas pada reseptor intrinsik protein Tirosin Kinase, yang dimulai dengan kaskade transduksi sinyal yang menghasilkan berbagai perubahan biokimia sel dimana terjadi kenaikan kadar kalsium intraseluler, peningkatan glikolisis, sintesa protein dan peningkatan sintesa DNA dan ekspresi gen tertentu serta proliferasi sel Hariani, 2017.  Kolagen Kolagen merupakan protein utama dari matriks esktraseluler yang terdapat pada kulit yang terbentuk dari asam amino dengan struktur triple helix yang disebut kolagen monomer, seratnya fleksibel, berdiameter 50-90 nm, dan tahan terhadap regangan. Kolagen berperan sebagai struktur dasar pembentuk jaringan, dapat ditemukan pada semua Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201940 41Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman jaringan ikat longgar, tendon, tulang, ligamen dan struktur penting untuk mempertahankan integritas organ dalam. Tiga kelas kolagen utama yang normal terdapat dalam jaringan ikat, yaitu  Kolagen fibrillar Kolagen tipe I, III dan V  Kolagen membran basalis Kolagen tipe IV  Kolagen interstisial lain Kolagen tipe VI, VII dan VIII Kolagen pada kulit yang umum ditemuan adalah kolagen tipe I dan tipe III, Kolagen pada kulit dapat ditemukan pada lapisan retikuler dan papiler, lapisan tipis serat kolagen juga mengelilingi pembuluh darah pada dermis. Sekitar 80% kolagen pada kulit normal adalah kolagen tipe I, sisanya adalah kolagen tipe III. Jika jaringan kulit mengalami trauma dan terjadi luka, maka kolagen normal akan digantikan oleh parut kolagen dimana tensile strength nya hanya maksimal 80% dari tensile strength kolagen normal Hariani, 2017.  Neovaskularisasi Neovaskularisasi atau disebut juga angiogenesis, secara umum mekanisme pembentukannya terdiri dari 3 fase, yaitu inisiasi, proliferasi atau invasi dan maturasi. Luka akan berakibat kerusakan jaringan sehingga sel-sel yang mengalami disrupsi akan melepaskan faktor angiogenesis poten seperti Fibroblast Growth Factor 2 FGF-2, dan sel yang mengalami hipoksia akan melepaskan Vascular Endothelial Growth Factor VEGF. FGF-2 merangsang sel endotel untuk melepaskan aktivator plasminogen dan prokolagenase. Aktivator plasminogen akan mengkonversi plasminogen menjadi plasmin dan prokolagenase menjadi kolagenase aktif yang kemudian akan mencerna konstituen membran basal. Fragmentasi membran basal akan memungkinkan pembentukan tunas kapiler yang bermigrasi ke luka untuk merespon FGF, VEGF dan faktor angiogenesis lainnya. Pembuluh darah baru mendeposit matriks berisi fibronektin dan proteoglikan, lalu merangsang proliferasi sel endotel yang berakibat pertambahan sel endotel yang terus menerus untuk membentuk perpanjangan kapiler, kemudian akhirnya membentuk membran basement vaskular yang matang. Tunas kapiler akhirnya bercabang dan bergabung untuk membentuk arcade kapiler dimana aliran darah dimulai. Saat matriks ekstraseluler berganti dengan jaringan parut kaya kolagen, sebagian pembuluh darah baru berdegenerasi melalui apoptosis.  Re-epitelisasi Suatu luka dikatakan sembuh jika terjadi proses re-epitelisasi sempurna, yaitu proses pembentukan jaringan epitel hingga menutupi seluruh permukaan luka. Epidermis adalah stratifikasi epitel yang tersusun dari beberapa lapisan keratinosit, yang memberikan barrier antara lingkungan dan organisme, sehingga melindunginya dari agen dan patogen eksternal, dan membatasi hilangnya cairan. Integumen ini terus dipertahankan oleh keratinosit yang beralih dari keadaan proliferatif ke lapisan basal ke keadaan terdiferensiasi saat mereka bermigrasi melalui lapisan granular, dan akhirnya menjadi sisa sel yang mati yang terdapat di stratum corniferum atau lapisan kulit ari. Namun, keratinosit tidak hanya penting dalam menjaga epidermis tapi juga memulihkannya setelah cedera. Pada luka kulit akut, karena barier terganggu, neutrofil, monosit, dan makrofag direkrut ke lokasi cedera. Selanjutnya, keratinosit menjadi aktif, dan proses aktivasi dicapai dengan mengekspresikan beberapa sitokin dan faktor pertumbuhan. Fenotip yang diaktifkan ditandai oleh perubahan jaringan sitoskeleton dan reseptor permukaan sel yang penting Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201942 43Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman untuk episiasi ulang, yaitu ekspresi K6 dan K16, yang memungkinkan keratinosit bermigrasi ke dalam luka untuk mengisi cacat. Untuk menutup defek pada epidermis, keratinosit di tepi luka pertama-tama harus melonggarkan adhesi mereka satu sama lain dan ke lamina basal, dan perlu mengembangkan fleksibilitas untuk mendukung migrasi melalui matriks yang baru saja diendapkan. Sementara protein stimulasi makrofag dan makrofag yang ditemukan di lingkungan luka memodulasi fosforilasi PKCα ini. 36 Migrasi keratinosit menunjukkan upregulasi keratin K6, K16, dan K1737, yang dihipotesiskan untuk meningkatkan sifat viskoelastis dari sel yang bermigrasi, 38 dan ekspresinya adalah diatur oleh faktor pertumbuhan hadir dalam lingkungan luka. Beberapa regulator seperti faktor pertumbuhan dan sitokin, integrin, keratin, matriks metaloproteinase MMP, kemokin, dan makromolekul ekstraseluler memodulasi migrasi Faktor pertumbuhan epidermal seperti HB-EGF, EGF, dan TGF-α, mentranslasikan EGFR, yang secara langsung merangsang migrasi keratinosit dan proliferasi 27 dan menginduksi ekspresi K6 dan K16 KESIMPULAN Proses penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks terdiri dari 3 fase, yaitu Fase Inflamasi yang dibagi menjadi early inflammation Fase haemostasis, dan late inflammation yang terjadi sejak hari ke 0 sampai hari ke 5 pasca terluka. Fase Proliferasi, yang meliputi tiga proses utama yakni Neoangiogenesis, pembentukan fibroblast dan re-epitelisasi, terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-21 pasca terluka. Fase Maturasi terjadi mulai hari ke-21 sampai 1 tahun pasca bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut. DAFTAR PUSTAKADEPKESRI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Departemen Kesehatan RI. Dinh T, Braunagel S, Rosenblum BI., 2015, Growth factors in wound healing the present and the future? Clin Pediatr Med Driscoll, P. 2014. wound prevalence and wound management 2012-2020. Opgeroepen op 05 27, 2017, van Faten Khorshid, S. S. 2010. Plectranthus tenuiflorus Shara Promotes Wound Healing In vitro and in vivo Studies. Int. J. of Botany, 69-80 Frisca, Sardjono, dan Sandra F., 2009, Angiogenesis Patofisiologi dan Aplikasi Klinis, JKM, Vol 8 2 174-87. Gutner, GC,. 2007. Wound Healing, Normal and Abnor mal. In Grabb and Smith’s Plastic Surgery 6th edition pp. 15-22. Philadelphia Elseviers. Haq, FF. 2016. Pengaruh Luka Insisi Terhadap Perbandingan Kadar Tnfα Pada Tikus Putih Rattus Norvegicus Galur Wistar,Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung Semarang. Available at Hariani, L. 2017. Pola Proses Penyembuhan Luka sekitar melalui analisis ekspresi EGF, VEGF, TGF-beta, kolagen, MMP-1 dan pembuluha kapiler yang diinduksi adiposed derived mesenchymal stem cells pada luka primer. Surabaya Ilmu Kedokteran Jenjang Doktor Universitas Airlangga. Kalangi, 2011, Peran Integrin pada Angiogenesis Penyembuhan Luka, Cermin Dunia Kedokteran, 383 177-181. Landén, N. X., Li, D., & Ståhle, M. 2016. Transit io n from infla mmat io n to proliferation a critical step during wound healing. Cellular and Molecular Life Sci., Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 201942 43Qanun Medika Vol. 3 No. 1 Januari 2019Qanun Medika Januari2019 halaman 7320, Prasetyono, T., 2009.General concept of wound healing, revisited, Med. J. Indones Sri Fajriani A, Marsaoly. 2016. Infeksi Luka Post Operasi Pada Pasien Post Operasi Di Bangsal Bedah Rs Pku Muhammadiyah Bantul, available at T Velnar, T Bailey, V Smrkolj, 2009, The Wound Healing Process an Overview of Cellular and Molecular Mechanism, The J of International Medical Research, Werner S, G. R. 2003. Regulation of wound healing by growth factor and cytokines. Physiol Rev 83, 835-870. ... It involves various types of cells and ranges from repair and arrangement of specialized structures, such as collagen, migration, proliferation, and differentiation of cells. 19,24 In this study, we report potential bioactivity that positively regulates cell proliferation GO-ID 8284, angiogenesis GO-ID 45766, and FGF production GO-ID 90271 by proteins targeted by an ovalbumin fragment. These three bioactivities are known to play a crucial role in the proliferative phase compared to the inflammatory phase or the maturation remodeling phase in the woundhealing process. ...... In addition to neutrophils, there is also an increase in the macrophage population due GLY32 GLU33 GLY34 ALA35 ILE84 GLN105 LEU107 ASP149 ASN154 ASP167 GLY32 GLU33 GLY34 GLY37 ILE84 LEU107 LYS114 SER153 ASN154 GLY169 GLY32 GLU33 GLY34 LYS55 ILE56 ILE84 ASP106 LEU107 LYS114 ASN154 CYS166 GLY32 GLU33 GLY34 GLY37 ILE84 LEU107 ASN154 CYS166 GLY169 ILE31 GLY32 GLU33 ILE84 LYS114 ASN154 to the chemotactic compounds tumor growth factor-beta TGF-β and monocyte chemoattractant protein-1. 19,24 Furthermore, in the proliferative phase, there are reepithelialization, neovascularization angiogenesis, and immunomodulators aimed at repairing and restructuring damaged tissue. In this phase, tissue granulation occurs by fibroblasts, which play an important role in inducing the formation of a new ECM and blood vessels. ...... 25 The last phase is maturation remodeling, which causes contraction of the wound and replacement of type-III collagen with type-I collagen. 24 The three bioactivities are obtained from a network of 59 proteins where amyloid-β precursor protein APP, MAPK1 ERK2, MME, epithelial growth factor receptor EGFR, and caspase-8 CASP8 are important links in the network. In wound healing, APP plays an important role in the proliferation, migration, and adhesion of endothelial cells. ...Background The trend of studies on dental medicaments is increasing rapidly. Antibacterial or anti-inflammatory activity is most frequently studied. Ovalbumin is one of the proteins whose benefits have been studied, but these benefits are still limited because of ovalbumin’s potential for proliferative bioactivity. Purpose The aim of this study is to examine ovalbumin’s potential as a woundhealing medicament through molecular docking analysis on a protein related to the extracellular signal-regulated kinases/mitogenactivated protein kinase ERK/MAPK signaling pathway. Methods Ovalbumin was hydrolyzed through BIOPEP-UWM The BIOPEPUWM™ database of bioactive peptides. Protein target and interaction were predicted using Similarity Ensemble Approach target prediction webserver, SuperPred webserver, STRING webserver, and Cytoscape version Selected fragments were docked using Autodock Vina in PyRx with Tukey’s multiple comparison test and Biovia Discovery Studio version for visualization. Results This study found that ovalbumin has the potential to positively regulate cell proliferation, angiogenesis, and fibroblast growth factor production. Six of the 131 fragments of ovalbumin could interact with 73 proteins, and the 20 proteins with the highest probability and score of betweenness centrality showed potential for bioactivity. Five fragments and povidone-iodine interacted inside the Adenosine triphosphate ATP phosphorylation site of ERK2, whereas fragment 1 F1 and glycerin interacted outside the site. F1 could decrease the binding energy required for adenosine 5′-[,-methylene]triphosphate or an ATP-analogue chemical compound to interact with ERK2 compared to the control, with a score that was not significant. Conclusion Ovalbumin has the potential to induce cell proliferation by affecting ERK2-ligand interactions.... The cytokines and growth factors are released during this process. 22,[24][25][26] Due to accumulation of AGEs, which makes diabetic skin more vulnerable to infection, damage and reduces the capacity of epidermal keratinocytes to migrated. The more AGEs are concentrated, the fewer keratinocytes will be activated, so that interventions against AGEs can significantly promote the epithelialization process. ...... 3 Skin wounds, including burns, will generally experience a healing process consisting of several overlapping phases inflammation, proliferation and remodeling. 4 During the proliferative phase, the wound will be filled with inflammatory cells, fibroblasts, collagen and the formation of new blood vessels so that a reddish-colored tissue with an irregular and rough appearance is seen. This condition is called granulation tissue. ...Gusti RevillaDeddy SaputraDini NurhasanahBurns with diabetes mellitus can interfere with the wound-healing process. Mesenchymal stem cells have been studied to accelerate the healing of burns, one of which originates from the bone marrow. Objective To determined the effect of human bone marrow mesenchymal stem cells hBM-MSCs on burn wound healing in granulation tissue formation in Diabetes Mellitus rats. Methods This study was an experimental study with a post-test-only control group design, using 30 rats divided into two groups, the control group Phosphate Buffer Saline PBS and the treatment group hBM-MSCs. Mice were induced by alloxan to cause hyperglycemia. Burns are made using a heated plate. Tissue collection was carried out after the termination of the experimental animals on the 3rd, 7th and 14th days and then histological preparations were made to assess the formation of granulation tissue. Data were analyzed using the two-way ANOVA test. Results There was an increase in the number of macrophages, fibroblasts and new blood vessels after being given hBM-MSCs. On day 14 neutrophils and lymphocytes on day 3, there was no increase. Statistical analysis showed a significant increase in lymphocytes, macrophages, fibroblasts and new blood vessels. Conclusion Human bone marrow mesenchymal stem cells can increase the formation of granulation tissue by increasing the number of macrophages, fibroblasts and new blood vessels in diabetic burn wound, diabetic rat, human bone marrow mesenchymal stem cells, granulation tissue... 19 The proliferation phase occurs simultaneously for 2-3 days with the migration and basal cell. The proliferation ORIGINAL ARTICLE phase consists of angiogenesis, formation of granulated tissue, and reepithelialization. 20 The granulated tissue is formed by capillary and lymphatic blood vessels into the wound, and collagen is synthesized by fibroblasts and provides strength to the skin. After that, the epithelial cells harden and let the collagen repair the injured tissue. ...Indra YudhikaMuhammad JailaniDasrulBackground Various efforts have been made to accelerate the wound healing process in white rats, one of which is using Chromolaena odorata. The leaves contain tannins, phenols, flavonoids, saponins, and steroids, which accelerate the wound healing process. The purpose of this study was to determine the effect of Chromolaena odorata leaf jelly extract on the wound healing process in the inflammatory and proliferative phases in white rats microscopically Rattus norvegicus. Methods A total of 27 healthy adult male white rats aged 3-4 months old were given open wounds on the back measuring 2x2 cm. The rats were then divided into four groups, a group administered with jelly without Chromolaena odorata leaf jelly extract P0 and groups administered with Chromolaena odorata leaf jelly extract with concentrations of 10% P1 and 30% P2, respectively. Chromolaena odorata leaf jelly extracts were given daily by rubbing them on the wound surfaces. Skin biopsies were collected and evaluated histopathologically on days 3, 7, and 14 post-treatment. The histological assessment of wound healing was based on epithelialization and collagen density using Nagaoka criteria. The data were analyzed by analysis of variance ANOVA and continued with the Duncan test. Results The Duncan test results showed that the mean score of the degree of epithelialization and collagen density of wound tissue on days 7 and 14 was significantly higher in the P2 group compared to the P0 and P1 treatments, while the P1 group was not significantly different from P0. Conclusions In conclusion, the administration of Chromolaena odorata leaf jelly extract could accelerate the degree of epithelialization and collagen density in the wound healing process of the inflammatory and proliferative phases of white rats Rattus novergicus.... VEGF is involved in many stages of the angiogenic response, including stimulating proliferation, migration, survival, permeabilization of endothelial cells, and stimulating the degradation of the extracellular matrix surrounding the endothelium to accommodate blood vessel branching. 22 The results showed a significant difference in the mean vascular count between groups S and NC but not significantly different between groups S and T1 and T2. This study shows different results from the research conducted by Milwati and Retnaningtyas where 73% of respondents who were sutured experienced signs of inflammation that could cause a slowdown in healing. ...Myrna Evana Amanda PutriChristiana Cahyani PrihastutiMutia RochmawatiWizni A'dila A'zizaIntroduction Incision wounds are injuries caused by dental surgery procedures. Suturing is the gold standard for post-incision management, but it can cause patient discomfort. Tissue glue can be used for wound healing, but its carcinogenicity still needs to be investigated. A Wound Healing Sheet WHS made of Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin is expected to be an alternative material. Angiogenesis is a highly observable part of wound healing, as newly formed blood vessels support nutrition, act as a scaffold for cells to migrate to the wound area, and play an essential role in wound healing. This study aimed to analyze the effect of WHS made from Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin Gallus domesticus on the number of vascular that show the acceleration of healing in gingival incision wounds. Methods Quasi experimental study with a total sample of 24 male rats Rattus norvegicus Wistar strain with gingival incision were divided into four groups, namely T1 50% WHS treated group, T2 100% WHS treated group, S suturing treated group as positive control, and NC negative control, without treatment. The treatment was performed throughout seven days. The data obtained were analyzed statistically using One-way ANOVA and Post Hoc LSD. Results The highest vascular count was in the T2 Group 8+ followed by T1 7+ S 7+ and NC 4+ Statistical analysis showed that there was a significant difference between groups S, T1, T2 with NC p-value Conclusion Wound Healing Sheet made of Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin Gallus domesticus can accelerate the angiogenesis process on gingival incision wound in rats. Keywords wound healing, aloe vera, gallus domesticus, egg white, angiogenesis... 1,7 Anti-inflammatory activity will stimulate macrophages to produce cytokines and growth factors that can induce fibroblast cells to proliferate. 6,7,16 Antibacterial in mangosteen peel has the exact mechanism of action as 25% metronidazole, namely interacting with bacterial DNA molecules causing loss of helix structure and breaking DNA strands resulting in damage to DNA synthesis in the bacterial cell nucleus, which causes bacteria to be killed or die. The death of the bacteria that causes periodontitis is a core phase of the healing process. ... Adisty PoetriRosa PratiwiAdhiatarika RismadantiBackground Periodontitis is one of the most common periodontal diseases in Indonesia. Inflammation and the bacteria that cause periodontitis can be treated by providing additional therapy in the form of a gel by the dentist. Mangosteen peel extract gel contains xanthones which function as antibacterial and anti-inflammatory so that it will accelerate the inflammatory phase. Purpose This study aimed to determine the effectiveness of mangosteen peel extract gel in increasing the number of fibroblast cells in the healing process of periodontitis in Wistar rats Rattus norvegicus.Material and Method This research was an experimental laboratory design with a post-test-only design divided into 50% mangosteen peel extract gel group, 75% mangosteen peel extract gel group, 25% metronidazole gel group, and metronidazole plus gel The research data were analyzed using the One Way ANOVA test and showed a significant value difference with a p= This study concludes that mangosteen peel extract gel effectively increases the number of fibroblast cells in the healing process of periodontitis. Ika Rahmawati SutejoThe gold standard for deep-partial thickness burns is early excision and skin graft; however, many hospitals in Indonesia still use conventional treatment due to the high cost of surgery and the requirement of qualified medical professionals. This research aimed to study the effectiveness of edamame Glycine max. L Merill membrane as therapeutic innovation in deep-partial thickness burns. Forty-eight male Wistar rats with deep-partial thickness burns were assigned randomly to four groups, including control and treatment silver sulfadiazine, the membrane with 40% and 60% edamame extract. Measuring wound healing parameters such as macroscopic evaluation, histopathologic, and hydroxyproline was examined on days 4, 10, and 16. Treatment groups of membrane edamame significantly improved wound healing than the control group. Macroscopically, histopathological findings and hydroxyproline assay confirmed the efficacy of the edamame membrane at 60%, which provided the best healing results. This study showed that edamame membrane is effective as deep-partial thickness burns wound MufidahEndang Sri SunarsihIntan Rahmania Eka DiniLuka merupakan kondisi patologi yang terjadi pada jaringan kulit dan membran mukosa jaringan lain. Tanaman meniran mengandung senyawa yang bermanfaat sebagai obat, khususnya untuk penyembuhan luka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penyembuhan luka sayat ekstrak etanol 96% herba meniran dan mengetahui kadar ekstrak etanol 96% herba meniran yang efektif di antara kadar 3%, 6%, dan 9% b/v dalam penyembuhan luka sayat pada kelinci jantan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pengamatan selama 14 hari dengan pemberian obat 2 kali sehari. Uji statistika menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji Post-Hoc. Rata-rata waktu penyembuhan kelompok kontrol positif dengan ekstrak etanol 96% herba meniran kadar 3%, 6%, dan 9% tidak memiliki perbedaan signifikan karena memiliki hasil sig 1,00 P > 0,05, sedangkan hasil rata-rata skor kriteria Nagaoka seluruh kelompok perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan. Ekstrak etanol 96% herba meniran Phyllanthus niruri L. memiliki aktivitas penyembuhan luka sayat pada kelinci dan hasil statistika tidak menunjukkan perbedaan variasi kadar esktrak etanol 96% herba meniran untuk waktu penyembuhan dan total skor MariyanaNaziyah NaziyahABSTRAK Kejadian Decubitus Ulcer luka tekan diseluruh dunia berkisar 1% - 56%. Selanjutnya, dilaporkan juga dari prevalensi luka tekan yang terjadi dari Negara dan benua lain yaitu 49% di Eropa, 22% di Amerika Utara, 50% di Australia. Sedangkan prevalensi kejadian dekubitus pada pasien Cancer. Di Korea khususnya di kejadian luka tekan meningkat dari 10,5% - 45%. Di Indonesia, kejadian luka tekan pada pasien yang dirawat mencapai 33%. Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan angka luka tekan di Asia Tenggara yang berkisar 2,1% - 31,3%. Tekanan yang berkepanjangan merupakan penyebab utama luka tekan karena tekanan dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoreksia, dan iskemia jaringan lunak. Perawatan granulasi di fase proliferasi bisa menggunakan Aquacel Ag ditambah Zinc Cream. Aquacel Ag dapat mengganggu dan menghancurkan biofilm luka yang dapat membantu luka yang sulit sembuh untuk berkembang dan menciptakan antarmuka penyembuhan luka yang lembab Metcalf et al, 2017 Dan Zinc Cream untuk area tepi dibalut dengan transparant dressing supaya luka tidak tergesek,terkena cairan/benda asing lainnya supaya tetap aman. Menganalisis efektivitas autolitik debridement dengan intervensi penggunaan aquacel ag dan metcovazin cream pada jaringan granulasi ulkus dekubitus pada klien dengan diagnosa medis ca paru di mrccc siloam semanggi jakarta selatan. Aquacel ag dan zinc cream digunakan pada Tn K 4 kali dan Tn M 4 kali dan dengan frekuensi perawatan 1 hari 1 kali. Perubahan luka dapat dilihat setelah penggunaan aquacel ag dan zinc cream masing-masing pada klien yaitu Tn K dengan ukuran luka di bokong kanan 11 x 8 cm, Luka di bokong kiri 8 x 5,5 cm menjadi luka decubitus putih keabu-abuan/hypopigmentasi jaringan maturasi, tampak luka di tengah atas dengan ukuran disertai nekrotik di bagian tengan dengan ukuran 1x1 cm dan Tn M dengan luka ukuran 15x10cm menjadi 14x9cm. Penggunaan aquacel ag dan metcovazin cream pada Tn M ada nyeri seperti rasa perih tertusuk. Nyeri dapat dicegah dengan melindungi kulit sekitar luka dengan diberi zinc cream lalu ditutup Therasorb foam dan transparant dressing. Therasorb sebagai salah satu alternatif yang memiliki fungsi offloading yang melindungi luka dari tekanan berlebihan,menciptakan lingkungan yang moist/lembab dan kondusif untuk penyembuhan luka. Penggunaan aquacel ag dan metcovazin cream pada jaringan granulasi sangat efektif mempersingkat waktu dalam penyembuhan luka dan mempercepat pembentukan epitelisasi ditandai dengan perubahan ukuran luka yang signifikan dan keadaan kulit yang cepat membaik. Kata Kunci Ulkus Dekubitus, Aquacel Ag & Zinc Cream, ProliferasiABSTRACT The incidence of Decubitus Ulcers pressure sores worldwide ranges from 1% - 56%. Furthermore, it is also reported from the prevalence of pressure sores that occur from other countries and continents, namely 49% in Europe, 22% in North America, 50% in Australia. While the prevalence of pressure sores in Cancer patients. In Korea, especially in the incidence of pressure sores increased from - 45%. In Indonesia, the incidence of pressure sores in treated patients reaches 33%. This figure is very high when compared to the pressure ulcer rate in Southeast Asia which ranges from - Prolonged pressure is a major cause of pressure sores because pressure can lead to insufficiency of blood flow, anorexia, and soft tissue ischemia. Granulation treatment in the proliferative phase can use Aquacel Ag plus Zinc Cream. Aquacel Ag can disrupt and destroy wound biofilms which can help poorly healed wounds to develop and create a moist wound healing interface Metcalf et al, 2017 other foreigners to stay safe. Analyzing the effectiveness of autolytic debridement with the intervention of using Aquacel Ag and metcovazin cream on granulation tissue of decubitus ulcers in clients with a medical diagnosis of lung cancer at MRCCC Siloam Semanggi, South Jakarta Aquacel ag and zinc cream were used on Mr K 4 times and Mr M 4 times and with a treatment frequency of once every 1 day 1 time. Changes in the wound can be seen after using aquacel ag and zinc cream on each client, namely Mr. K with a wound on the right buttocks 11 x 8 cm, Wound on the left buttocks 8 x cm to a grayish white decubitus wound / tissue hypopigmentation maturation, visible wound in the upper middle with a size of with necrotic in the middle with a size of 1x1 cm and Mr. M with a wound size of 15x10cm to 14x9cm. The use of aquacel ag and metcovazin cream on Mr. M has pain like a stabbing pain. Pain can be prevented by protecting the skin around the wound with zinc cream and then covered with Therasorb foam and transparent dressing. Therasorb as an alternative that has an offloading function that protects the wound from excessive pressure, creates a moist environment and is conducive to wound healing. The use of aquacel ag and metcovazin cream on granulation tissue is very effective in shortening the time in wound healing and accelerating the formation of epithelialization characterized by significant changes in wound size and rapidly improving skin conditions. Keyword Decubitus Ulcer, Aquacel Ag & Zinc Cream, ProliferasiThe ability to rapidly restore the integrity of a broken skin barrier is critical and is the ultimate goal of therapies for hard-to-heal-ulcers. Unfortunately effective treatments to enhance healing and reduce scarring are still lacking. A deeper understanding of the physiology of normal repair and of the pathology of delayed healing is a prerequisite for the development of more effective therapeutic interventions. Transition from the inflammatory to the proliferative phase is a key step during healing and accumulating evidence associates a compromised transition with wound healing disorders. Thus, targeting factors that impact this phase transition may offer a rationale for therapeutic development. This review summarizes mechanisms regulating the inflammation–proliferation transition at cellular and molecular levels. We propose that identification of such mechanisms will reveal promising targets for development of more effective therapies. Theddeus PrasetyonoWound healing is a transition of processes which is also recognized as one of the most complex processes in human physiology. Complex series of reactions and interactions among cells and mediators take place in the healing process of wound involving cellular and molecular events. The inflammatory phase is naturally intended to remove devitalized tissue and prevent invasive infection. The proliferative phase is characterized by the formation of granulation tissue within the wound bed, composed of new capillary network, fibroblast, and macrophages in a loose arrangement of supporting structure. This second phase lasts from day 8 to 21 after the injury is also the phase for epithelialisation. The natural period of proliferative phase is a reflection for us in treating wound to reach the goal which ultimately defines as closed wound. The final maturation phase is also characterized by the balancing between deposition of collagen and its degradation. There are at least three prerequisites which are ideal local conditions for the nature of wound to go on a normal process of healing 1 all tissue involved in the wound and surrounding should be vital, 2 no foreign bodies in the wound, and 3 free from excessive contamination/infection. The author formulated a step ladder of thinking in regards of healing intentions covering all acute and chronic wounds. Regarding the “hierarchy” of healing intention, the fi rst and ideal choice to heal wounds is by primary intention followed by tertiary intention and lastly the secondary intention. Med J Indones 2009;18206-14Key words inflammatory mediator, epithelialisation, growth factor, wound healingThe present study proved that both Plectranthus tenuiflorus juice and essential oil exerted a healing promoting effect in rat wound model. The effect was shown to be mainly via their ability to stimulate fibroblasts proliferation in addition to an anti-bacterial effect of its thymol content. Leaves of the plant were collected from different regions. The whole leave juice or essential oil were extracted by chemical steam distillation method. Different concentrations were tested for their effects on the proliferation of human foreskin fibroblasts in tissue culture. Its efficiency in enhancing wound healing processes using excision wound model in rat was also designed. The results revealed complete wound healing 100% contraction at day 14 10% juice, day 17 80% juice and day 18 10% essential oil compared to 22 days. Histological studies showed that at day 14 complete epithelization, well formed small sized scar tissue and reappearance of cutaneous appendages were evident in wounds painted with 10% essential oil, followed by 80% juice. In vitro study proved a stimulatory effect of plant extracts on human fibroblasts which may explain the speeding of healing process. The healing promoting effect or P. tenuiflorus may be attributed to the high content of calcium zinc Essential amino acids Ala, Leu, Glu, Asp, Asn, Phe and His seemed also to have a role. On the other hand, thymol was known to have an anti-bacterial effect. Thymol found in this study to be the main component of P. tenuiflorus Werner Richard GroseWerner, Sabine, and Richard Grose. Regulation of Wound Healing by Growth Factors and Cytokines. Physiol Rev 83 835–870, 2003; wound healing is a complex process involving blood clotting, inflammation, new tissue formation, and finally tissue remodeling. It is well described at the histological level, but the genes that regulate skin repair have only partially been identified. Many experimental and clinical studies have demonstrated varied, but in most cases beneficial, effects of exogenous growth factors on the healing process. However, the roles played by endogenous growth factors have remained largely unclear. Initial approaches at addressing this question focused on the expression analysis of various growth factors, cytokines, and their receptors in different wound models, with first functional data being obtained by applying neutralizing antibodies to wounds. During the past few years, the availability of genetically modified mice has allowed elucidation of the function of various genes in the healing process, and these studies have shed light onto the role of growth factors, cytokines, and their downstream effectors in wound repair. This review summarizes the results of expression studies that have been performed in rodents, pigs, and humans to localize growth factors and their receptors in skin wounds. Most importantly, we also report on genetic studies addressing the functions of endogenous growth factors in the wound repair studies confirm the pivotal role of growth factors in wound healing and their diminished levels in the chronic wound. Results with traditional bolus dosing of a single growth factor have yielded insignificant results, which may be the result of the inherent short half-life of growth factors, hostile microenvironment rich in protease activity, and poor delivery mechanisms. Technologies capable of delivering multiple growth factors in a spatially oriented approach include polymer systems, scaffolds, and hydrogels. With improved delivery systems, treating chronic wounds with growth factors potentially accelerates healing in a manner not previously realized with traditional delivery approaches. Copyright © 2015 Elsevier Inc. All rights VelnarT Bailey Vladimir SmrkoljWound healing remains a challenging clinical problem and correct, efficient wound management is essential. Much effort has been focused on wound care with an emphasis on new therapeutic approaches and the development of technologies for acute and chronic wound management. Wound healing involves multiple cell populations, the extracellular matrix and the action of soluble mediators such as growth factors and cytokines. Although the process of healing is continuous, it may be arbitrarily divided into four phases i coagulation and haemostasis; ii inflammation; iii proliferation; and iv wound remodelling with scar tissue formation. The correct approach to wound management may effectively influence the clinical outcome. This review discusses wound classification, the physiology of the wound healing process and the methods used in wound T SardjonoSandra F DanFrisca, Sardjono, dan Sandra F., 2009, Angiogenesis Patofisiologi dan Aplikasi Klinis, JKM, Vol 8 2 Healing, Normal and AbnormalG C GutnerGutner, GC,. 2007. Wound Healing, Normal and Abnormal. In Grabb and Smith's Plastic Surgery 6th edition pp. 15-22. Philadelphia Proses Penyembuhan Luka sekitar melalui analisis ekspresi EGF, VEGF, TGF-beta, kolagen, MMP-1 dan pembuluha kapiler yang diinduksi adiposed derived mesenchymal stem cells pada luka primerL HarianiHariani, L. 2017. Pola Proses Penyembuhan Luka sekitar melalui analisis ekspresi EGF, VEGF, TGF-beta, kolagen, MMP-1 dan pembuluha kapiler yang diinduksi adiposed derived mesenchymal stem cells pada luka primer. Surabaya Ilmu Kedokteran Jenjang Doktor Universitas Integrin pada Angiogenesis Penyembuhan LukaS J R KalangiKalangi, 2011, Peran Integrin pada Angiogenesis Penyembuhan Luka, Cermin Dunia Kedokteran, 383 177-181. BerandaHormon pada tumbuhan yang berfungsi untuk menutup ...PertanyaanHormon pada tumbuhan yang berfungsi untuk menutup luka pada tanaman adalah ….Hormon pada tumbuhan yang berfungsi untuk menutup luka pada tanaman adalah …. filokalin Kalin Auksin Giberelin Asam traumalin HNMahasiswa/Alumni Universitas Negeri SurabayaJawabanjawaban yang benar adalah yang benar adalah E. PembahasanAsam traumalin berfungsi untu memicu pembelahan sel pada baian tumbuhan yang terluka. Dengan demikian, jawaban yang benar adalah E .Asam traumalin berfungsi untu memicu pembelahan sel pada baian tumbuhan yang terluka. Dengan demikian, jawaban yang benar adalah E. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!1rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!KaKalinda ahma de nuzulia PratamaMudah dimengerti©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia Apa fungsi perban penutup luka wound dressing? Wound dressing yang digunakan oleh dokter adalah penutup untuk melindungi luka dari infeksi, sekaligus membantu penyembuhan luka. Penutup luka ini dibuat untuk bersentuhan langsung dengan luka, berbeda dengan perban yang digunakan untuk menjaga wound dressing tetap pada tempatnya. Wound dressing memiliki beberapa fungsi tergantung jenis, tingkat keparahan, dan lokasi luka. Secara umum fungsi utama wound dressing adalah untuk mencegah terjadinya infeksi. Namun di samping itu wound dressing juga berguna untuk membantu beberapa hal di bawah ini. Menghentikan luka dan memulai proses pembekuan darah Menyerap kelebihan darah atau cairan lain yang keluar dari luka Memulai proses penyembuhan Jenis-jenis perban wound dressing untuk menutup luka Tipe wound dressing yang ada di pasaran sekarang jumlahnya sudah sangat banyak hingga mencapai lebih dari jenis. Untuk mempermudah wound dressing dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar, yaitu Film dressing Simple island dressing Non-adherent dressing Moist dressing Absorbent dressing 1. Film dressing Dressing ini dapat digunakan sebagai dressing utama atau tambahan. Biasanya digunakan sebagai pelindung untuk area tubuh yang sering mengalami gesekan seperti tumit. Dressing ini tembus udara sehingga luka menjadi tidak terlalu basah karena lembab. Dressing ini bisa menjaga luka tetap kering dan mencegah kontaminasi bakteri. 2. Simple island dressing Dressing ini hanya digunakan untuk menutup luka yang telah dijahit seperti pada luka operasi. Pada bagian tengah dressing ini mengandung selulosa yang berfungsi untuk menyerap cairan-cairan yang merembes keluar dari luka selama 24 jam pertama setelah operasi. 3. Non-adherent dressing Dressing jenis ini didesain agar tidak melekat pada cairan yang mengering yang berasal dari luka dengan tujuan agar ketika dressing dibuka tidak menimbulkan luka dan nyeri. Hal ini menjadi penting karena apabila menggunakan dressing yang lekat, dapat melukai jaringan baru yang terbentuk sehingga menimbulkan luka dan perdarahan. 4. Moist dressing Dressing ini berfungsi untuk menjaga kelembapan luka dengan cara menghambat kulit kehilangan kelembapannya atau secara aktif menambah kelembapan pada area tersebut. Moist dressing dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hydrogel dan hydrocolloid. Hydrogel dressing mengandung 60-70% air yang disimpan dalam bentuk gel. Biasanya digunakan untuk luka yang mengandung jaringan mati, dimana jaringan tersebut menjadi keras dan hitam, sekaligus melekat pada jaringan hidup dibawahnya menghambat proses penyembuhan. Fungsi air adalah untuk melunakkan jaringan mati sehingga jaringan mati dapat dibuang oleh tubuh dan membantu proses penyembuhan luka. Hydrocolloid dressing tidak mengandung air didalamnya, namun ia berperan sebagai segel agar kelembapan tidak hilang lewat penguapan. 5. Absorbent dressing Jenis perban terakhir untuk menutup luka yakni absorbent dressing. Dressing ini mampu menyerap cairan yang keluar dari luka. Cocok untuk luka yang basah. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya maserasi pada luka akibat cairan yang terus menerus merembes keluar dari luka.

zat yang berfungsi paling akhir dalam menutup luka adalah